BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Melalui pendidikan setiap masyarakat akan melestarikan
nilai-nilai luhur sosial kebudayaannya yang telah terukir dengan indahnya dalam
sejarah bangsa. Melalui
pendidikan juga diharapakan dapat ditumbuhkan kemampuan untuk menghadapi
tuntutan objektif masa kini, baik tuntutan dari dalam maupun tuntutan karena
pengaruh dari luar masyarakat yang bersangkutan. Nantinya melalui pendidikan
akan ditetapkan langkah-langkah yang dipilih masa kini sebagai upaya mewujudkan
aspirasi dan harapan di masa depan. Masa lalu yang telah tampak adanya
pergeseran nilai-nilai merupakan hasil adanya perubahan sosial, kita harus
mulai menyadari dan terus berjuang di bidang pendidikan tidak hanya aspek
kognitif yang di utamakan, tetapi sampai
pada aspek afektif dan psikomotornya. Dengan demikian kita dapat mengantisipasi
terhadap masyarakat masa depan di era globalisasi ini.
B.
Tujuan
1)
Memahami
beberapa kemungkinan keadaan masyarakat di masa depan, serta peranan
faktor-faktor globalisasi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek),
arus komunikasi yang semakin padat dan cepat, serta kebutuhan yang meningkat
dalam layanan profesional terhadap masyarakat di masa depan tersebut.
2)
Memahami
berbagai upaya pendidikan untuk mengantisipasi masa depan, baik yang berkenan
dengan penyiapan manusia maupun yang berkenan dengan perubahan sosiokultural,
serta pengembangan sarana pendidikan untuk mendukung upaya-upaya yang sedang
atau akan dilaksanakan.
C.
Manfaat.
1.
Bagi
mahasiswa calon tenaga kependidikan, utamanya guru, kajian tentang masyarakat
masa depan tersebut berdampak ganda, yaitu untuk dirinya sendiri serta pada
gilirannya kelak untuk siswa-siswanya.
BAB II
PERKIRAAN DAN ANTISIPASI TERHADAP
MASYARAKAT MASA DEPAN
A.
Perkiraan Masyarakat Masa Depan
Pendidikan selalu berlangsung dalam suatu latar
kemasyarakatan dan kebudayaan tertentu. Kebudayaan dimaksudkan dalam arti luas
yakni keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang harus dibiasakannya dengan
belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu
(Koentjaraningrat, 1974: 19). Kebudayaan itu dapat:
1)
Berwujud
ideal yakni ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya
2)
Berwujud
kelakuan yakni kelakuan berpola dari manusia dalam bermasyarakat
3)
Berwujud
fisik yakni benda-benda hasil karya manusia (Koentjaraningrat 1974: 15-22)
Pengertian kebudayaan yang begitu luas seringkali dipecah
lagi dalam unsur-unsurnya, dan sering dipandang sebagai unsur-unsur universal
dari kebudayaan, yakni:
a) Sistem religi dan upacara keagamaan
b) Sistem dan organisasi kemasyarakatan
c) Sistem pengetahuan
d) Bahasa
e) Kesenian
f) Sistem mata pencaharian
g) Sistem teknologi dan peralatan
Perubahan dari salah satu unsur-unsur tersebut akan
berdampak pada keseluruhan unsur-unsur kebudayaan lainnya. Perkembangan
masyarakat beserta kebudayaannya sekarang ini makin mengalami percepatan serta
meliputi seluruh aspek kehidupan dan penghidupan manusia. Perubahan yang cepat
tersebut mempunyai beberapa karateristik umum yang dapat dijadikan petunjuk
sebagai ciri masyarakat masa depan. Beberapa diantaranya adalah:
1) Kecenderungan globalisasi yang makin
cepat
2) Perkembangan iptek yang makin cepat
3) Perkembangan arus informasi yang
semakin padat dan cepat
4) Kebutuhan/tuntutan peningkatan
layanan profesional dalam berbagai segi kehidupan manusia.
Pemahaman tentang keadaan masyarakat
masa depan tersebut akan sangat penting sebagai latar depan segala kebijakan
dan upaya pendidikan masa kini dan masa yang akan datang. Kajian masyarakat
masa depan itu semakin penting jika diingat bahwa pendidikan selalu merupakan
penyiapan peserta didik bagi peranannya di masa yang akan datang. Dengan
demikian, pendidikan seharusnya selalu mengantisipasi keadaan masyarakat masa
depan.
1.
Kecenderungan Globalisasi
Istilah globalisasi (asal kata: global yang berarti secara umumnya,
utuhnya, kebulatannya) bermakna bumi sebagai satu keutuhan seakan-akan tanpa
tapal batas administrasi negara, dunia menjadi amat transparan, serta saling
ketergantungan antarbangsa di dunia semakin besar, dengan kata lain: Menjadikan
dunia sebagai satu keutuhan, satu kesatuan. Menurut Emil Salim terdapat empat
bidang kekuatan gelombang globalisasi yang paling kuat dan menonjol daya
dobraknya, yakni bidang IPTEK, ekonomi, lingkungan hidup, dan pendidikan.
a)
Bidang
Iptek yang mengalami perkembangan semakin dipercepat, utamanya penggunaan
berbagai teknologi canggih seperti komputer dan satelit.
b)
Bidang
ekonomi yang mengarah ke ekonomi regional dan atau ekonomi global tanpa
mengenal batas-batas negara.
c)
Bidang
lingkungan hidup telah menjadi bahan pembicaraan dalam berbagai pertemuan
tingkat Internasional.
d)
Bidang
pendidikan dalam kaitannya dengan identirtas bangsa termasuk budaya nasional
dan budaya-budaya nusantara.
2.
Perkembangan IPTEK
Perkembangan iptek yang makin cepat dalam era globalisasi
merupakan salah satu ciri utama dari masyarakat masa depan. Globalisasi
perkembangan IPTEK tersbut dapat berdampak positif ataupun negative, tergantung
pada kesiapan bangsa beserta kondisi social- budayanya untuk menerima limpahan
informasi atau teknologi tersebut. Segi positifnya antara lain memudahkan untuk
mengikuti perkembangan iptek yang terjadi di dunia. Sedangkan segi negatifnya
akan timbul apabila kondisi sosial-budayanya belum siap menerima limpahan itu (
Pratiwi Sudarsono, 1990: 14-15).
Percepatan perkembangan IPTEK tersebut terkait dengan
landasan ontologis, epistemologis, dan aksiologis (Filsafat Ilmu, 1981: 9-15).
Segi landasan ontologis, objek telaahan ialah berupa pengalaman atau segenap
ujud yang dijangkau lewat alat indra yang telah mengalami perkembangan yang
pesat karena didapatkannya peranti (device) yang membantu alat indra tersebut.
Dari segi epistemologis, cara yang dipakai untuk memperoleh pengetahuan yang
disebut ilmu pengetahuan tersebut telah menglami perkembangan yang pesat.
Landasan aksiologis atau untuk apa iptek itu dipergunakan, yang mempersoalkan
tentang penggunaan iptek tersebut secara moral tertuju pada kemaslahatan
manusia. Kegiatan pengembangan dan pemanfaatan IPTEK, antara lain:
a. Penelitian dasar (basic research)
b. Penelitian terapan (applied
research)
c. Pengembangan teknologi
(technological development)
d. Penerapan teknologi
Masyarakat masa depan adalah masyarakat yang sangat
dipengaruhi oleh iptek, yang akan lebih membenarkan bahwa ilmu adalah kekuasaan
maka teknologi merupakan alat kekuasaan atas:
i.
Manusia,
yakni demi kemaslahatan atau sebaliknya mengeksploitasi manusia itu.
ii.
Kebudayaan,
yakni memperkaya dan memperkuat kebudayaan atau melunturkan nilai-nilai budaya
yang dapat menimbulkan krisis identitas budaya.
iii.
Alam,
yakni memanfaatkan sambil menjaga kelestariannya ataukah memusnahkan kehidupan
di bumi (Filsafat Ilmu, 1981:164-166).
3.
Perkembangan Arus Komunikasi yang
Semakin Padat dan Cepat
Salah satu perkembangan iptek yang luar biasa adalah yang
berkaitan dengan informasi dan komunikasi, utamanya satelit komunikasi. Ada
beberapa istilah yang diapakai dalam menjelaskan perkembangan global yang cepat
pada akhir abad ke-20 ini, antara lain: Gelombang Ketiga (Alvin Toffler), Zaman
Pasca-Industri (John Naisbit), Dunia Tanpa Batas (Kenichi Ohmac: the Borderless
Word), Revolusi Komunikasi (Frederick Williams: The Communications Revolution),
dan sebagainya.
Pada umumnya bentuk komunikasi langsung (verbal ataupun
nonverbal) dikenal sebagai komunkasi antarpribadi (interpersonal
communication), baik komunikasi antardua orang (dyadic communication), maupun
dalam kelompok kecil (small gruop communication) dengan ciri pokok adanya
dialog di antara pihak-pihak yang berkomunikasi. Sedangkan bentuk komunikasi
monolog adalah komunikasi publik, yang dibedakan atas komunikasi
pembicaraan-pendengar (speaker-audience communication). Misalnya pada rapat
umum dan komunikasi massa seperti surat kabar dan lain sebagainya.
Proses Komunikasi meliputi beberapa unsur dasar, yaitu:
a. Sumber pesan seperti harapan,
gagasan, perasaan atau perilaku yang diinginkan oleh pengirim pesan.
b. Penyandian (encoding), yakni
pengubahan/penerjemahan isi pesan ke dalam bentuk yang serasi dengan alat
pengiriman pesan
c. Transmisi (pengiriman) pesan
d. Saluran
e. Pembukasandian (decoding) yakni
penerjemahan kembali apa yang diterima ke dalam isi pesan oleh penerima
f. Reaksi internal penerima sesuai
pemahaman pesan yang diterimanya
g. Gangguan/hambatan (noise) yang dapat
terjadi pada sema unsur dasar lainnya.
PENGIRIM
|
4.
Saluran
|
PENERIMA
|
||
1.
Sumber pesan: gagasan, perasaan, harapan, dan lain-lain.
|
2.
Penyandian (encoding)
|
5.
Pembukasandian (decoding)
|
(1)
Gagasan, perasaan, harapan, dll, dari penerima; akan menjadi sumber balikan
|
|
3.
Transmisi/pengiriman pesan
7. Gangguan
|
7. Gangguan
|
6.
Reaksi internal sesuai pemahaman pesan
7.
Gangguan
|
Bagan 2.1 Proses Komunikasi
(Dimodifikasi dari Johnson dan
Johnson, 1977: 111)
Faktor yang harus diperhatikan (Dirjen Pembinaan Pers dan
Grafika, 1992: 18-20) dalam upaya untuk merebut teknolgi komunikasi dan
informasi yang telah berkembang pesat, antara lain:
1. Pengembangan teknologi satelit yang
mutakhir
2. Penggunaan teknologi digital yang
mampu menyalurkan sinyal yang beragam (suara, video, dan data) menuju bentuk
ISDN (integrated service digital network) yang dikelola dengan sistem computer
3. Di bidang media cetak antara lain
penggunaan VDT (video display terminal), surat kabar elektronik, dan sistem
cetak jarak jauh
4. Di bidang media elektronik antara
lain penggunaan DBS (direct broadcast satelitte), penggunaan HDTV (high
definition television), dan sebagainya. Kesemuanya itu akan mempercepat
terwujudnya suatu masyarakat informasi, sebagai masyarakat masa depan.
4.
Peningkatan Layanan Profesional
Salah satu ciri penting masyarakat masa depan adalah
meningkatnya kebutuhan layanan profesional dalam berbagai bidang kehidupan
manusia.
Profesi adalah suatu lapangan pekerjaan dengan persyaratan
tertentu, “suatu vokasi khusus yang mempunya ciri-ciri: Expertise (keahlian),
responsibility (tanggungjawab), corporateness (kesejawatan)” (Huntington, 1964,
dari Nugroho Notosusanto, 1984: 16).Robert W. Richey (1974) dan D. Westy-Gibson
(1965) mengemukakan ciri-ciri profesi (dari Profesionalisasi Jabatan Guru,
1983: 4-6) yaitu:
a.
Lebih
mengutamakan pelayanan kemanusiaan yang ideal, dan layanan itu memperoleh
pengakuan masyarakat (harus dilakukan oleh pemangku profesi tersebut)
b.
Terdapat
sekumpulan bidang ilmu yang menjadi landasan dari sejumlah teknik dan prosedur
yang unik, serta diperlukan waktu yang relatif panjang untuk mempelajarinya
sebagai periode persiapan yang sengaja dan sistematis agar mampu melaksanakan
layanan itu (pendidikan/pelatihan prajabatan)
c.
Terdapat
suatu mekanisme saringan berdasarkan kualifikasi tertentu, sehingga hanya yang
kompeten yang dieprbolehkan melaksanakan layanan profesi itu
d.
Terdapat
suatu kode etik profesi yang mengatur keanggotaan, serta tingkah laku, sikap
dan cara kerja dari anggotanya itu
e.
Terdapat
organisai profesi yang akan berfungsi menjaga/meningkatkan layanan profesi, dan
melindungi kepentingan serta kesejahteraan angotanya
f.
Pemangku
profesi memandang profesinya sebagai suatu karier hidup dan menjadi seorang
yang relatif permanen, serta mempunyai kemandirian dalam melaksanakan
profesinya dan utnuk mengembangkan kemampuan profesionalnya sendiri.
Howsam, et.al. (1976: 7-9)
mengemukakan suatu pandangan historis tentang profesi dengan mengemukakan lima
lingkaran konsentris dari titik tengah berturut-turut:
1. Profesi tertua yakni hukum,
kesehatan, teologi, dan dosen.
2. Profesi baru yakni arsitektur,
insinyur (engineering), dan optometri.
3. Pekerjaan yang segera diakui segai
profesi (emergent professions), umpamanya pekerja sosial yang masih semiprofesional
akan segera diakui sebagai professional
4. Semi professional
5. Pekerjaan biasa yang tidak berusaha
memperoleh status profesional
Mc Cully (1969, dari T. Raka Joni, 1981:5-8) mengemukakan
enam tahap dalam proses profesionalisasi yakni:
a.
Penetapan
dan pemantapan layanan unik yang diberikan oleh suatu profesi sehingga
memperoleh pengakuan masayarakat dan pemerintah. Contoh: Layanan Unik dari para
dokter, dan apabia dilakukan oleh pihak lain, akan dituduh sebagai “dokter
palsu”.
b.
Penyepakatan
antara kelompok profesi dan lembaga pendidikan prajabatan tentang standar
kompetensi minimal yang harus dimiliki oleh setiap calon profesi tersebut.
c.
Akreditas,
yakni pengakuan resmi tentang kelayakan suatu program pendidikan prajabatan
yang ditugasi menghasilkan calon tenaga profesi bersangkutan. Penilaian
kelayakan itu meliputi antara lain: Tujuan dan filosofi pendidikannya, isi
program, fasilitas pendukung ketenagaan, pelaksanaan program, dan sebagainya.
d.
Mekanisme
sertifikasi dan pemberian izin praktek, yaitu merupakan pengakuan resmi kepada
seseorang yang memiliki kompetensi yang diprasyaratkan oleh profesi tertentu.
e.
Baik
secara perseorangan, maupun secara kelompok, pemangku profesi bertanggungjawab
penuh terhadap segala asepk pelaksanaan tugasnya yakni kebebasan mengambil
keputusan secara profesional.
f.
Kelompok
profesional memiliki kode etik yang berfungsi ganda, yaitu:
1) Perlindungan terhadap masyarakat
agar memperoleh layanan yang bermutu
2) Perlindungan dan pedoman peningkatan
kualitas anggota.
B.
UPAYA PENDIDIKAN DALAM MENAGANTISIPASIKAN
MASA DEPAN
Pendidikan berkewajiban mempersiapkan generasi baru yang
sanggup menghadapi tantangan zaman baru yang akan datang. Seperti telah
dikemukakan, manusia yang melek teknologi dan melek pikir yang keseluruhannya
disebut melek kebudayaan, yang mampu “think
globally but act locally”.
Pengembangan pendidikan dalam masyarakat dalam masyarakat
yang sedang berubah dengan cepat haruslah dilakukan secara menyeluruh dengan
pendekatan sistematis-sistematik. Pendekatan sistematis adalah pengembangan
pendidikan dilakukan secara teratur melalui perencanaan yang bertahap, sedang
sistematik menunjuk pada pendekatan sitem dalm proses berpikir yang mengaitkan
secara fungsional semua aspek dalam pembaruan pendidikan tersebut (Depdikbud,
1991/1992a: 21). Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya merupakan kunci
keberhasilan bangsa dan negara dalam masa yang akan datang. Oleh karena itu
kajian selanjutnya akan membahas tentang tuntutan manusia masa depan, dan upaya
mengantisipasi masa depan.
1.
Tuntutan bagi Manusia Masa Depan
(Manusia Modern)
Dalam membicarakan tentang perkiraan masyarakat masa depan,
secara tersirat telah pula dibicarakan tentang tantangan-tantangan yang akan
dihadapi manusia masa depan. Tantangan tersebut merupakan gejala konstelasi dunia
masa kini dan masa depan, oleh karena itu, manusi Indonesia perlu berupaya
untuk menyesuaikan diri sehingga menjadi manusia modern. Setiap upaya manusia
untuk menyesuaikan diri terhadap konstelasi dunia pada masanya (masa lampau,
kini, ataupun datang) adalah proes modernisasi.
Berdasarkan acuan normatif yang berlaku (UU RI No.
2/1989beserta peraturan pelaksanaanya) telah ditetapkan rumusan tujuan
pendidikan di Indonesia, yang dapat dianggap sebagai profil manusia Indonesia
di masa depan. Dalam penjelasan PP RI No: 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan
Dasar (yakni penjelasan pasal 3) dikemukakan rincian tujuan-tujuan pendidikan
dasar tersebut (Undang-Undang, 1992:79-80) sebagai berikut:
a. Pengembanga kehidupan siswa sebagai
pribadi sekurang-kurangnya mencakup upaya untuk:
1) Memperkuat dasar keimanan dan
ketakwaan
2) Membiasakan untuk berperilaku yang
baik
3) Memberikan pengetahuan dan
ketrampilan dasar
4) Memelihara kesehatan jasmani dan
rohani
5) Memberikan kemampuan untuk belajar
6) Membentuk kemampuan untuk belajar
b. Pengembangan kehidupan peserta didik
sebagai anggota masyarakat sekurang-kurangnya mencakup upaya untuk:
1) Memperkuat kesadaran hidup beragama
dalam bermasyarakat
2) Menumbuhkan rasa tanggungjawab dalam
masyarakat
3) Memberikan pengetahuan dan
ketrampilan dasar yang diperlukan untuk bereran serta dalam kehiduoan
bermasyarkat
c. Pengembangan kehidupan peserta didik
sebagai warga negara sekurang-kurangnya mencakup upaya untuk:
1) Mengembangkan perhatian dan
pengetahuan tentang hak dan kewajiban sebaga warga negara Republik Indonesia
2) Menanamkan rasa ikut
bertanggungjawab terhadap kemajuan bangsa dna Negara
3) Memberikan pengetahuan dan
ketrampilan dasar yang diperlukan untuk berperan serta dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara
d. Pengembangan kehidupan peserta didik
sebagai anggota umat manusia mencakup upaya untuk:
1) Meningkatkan harga diri sebagai
bangsa yang merdeka dan berdaulat
2) Meningkatkan pengertian kesadaran
tentang hak asasi manusia
3) Memberikan pengertian tentang
ketertiban dunia
4) Meningkatkan kesdaran pentingnya
persahabatan antarbangsa
e. Mempersiapkan peserta didik untuk
mengisi pendidikan menengah dalam menguasai kurikulum yang diisyaratkan.
Untuk jenjang pendidikan dasar hal
itu berarti bahwa kemampuan dasar sebagai manusia Pancasila yang memiliki
pengetahuan dan keterampilan dasar akan siap untuk:
i.
Memasuki
lapangan kerja sebagai manusia pembangunan setelah melalui orientasi dan atau
pelatihan tambahan sesuai dengan kebutuhan.
ii.
Melanjutkan
ke pendidikan menengah.
Tuntutan manusia indonesia di masa
depan, setelah kemampuan dasar tersebut, terutama diarahkan kepada pembekalan
kemampuan yang sangat diperlukan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan di masa
depan tersebut. Beberapa di antaranya seperti:
a) Ketanggapan terhadap pelbagai
masalah sosial, politik, kultural, dan lingkungan.
b) Kretifitas di dalam menemukan
alternatif pemecahannya.
c) Efisiensi dan etos kerja yang tinggi
Bertolak dari tesis ketidakpastian,
Makaminan Makagiansar (1990: 5-6) mengemukakan pentingnya mengembangkan empat
hal pada peserta didik, yaitu:
a. Kemampuan mengantisipasi
(anticipate) perkembangan berdasarkan ilmu pengetahuan
b. Kemampuan dan sikap untuk mengerti
dan mengatasi situasi (cope)
c. Kemampan mengakomodasi (acomodate),
utamanya perkembangan iptek serta perubaan yang diakibatkannya
d. Kemampuan mereorientasi (reorient),
utamanya kemampuan seleksi (filter) terhadap arus informasi yang
membombardirnya.
Akhirnya dikemukakan pendapat Mayjen
Sajidiman (1972: 10-11) yang menekankan kemampuan yang diperlukan manusia
Indonesai berdasarkan fungsinya, yakni:
a) Pekerja yang terampil yang menjadi
bagian utama dari mekanime produksi (dalam arti luas) yang harus lebih efektif
dan efisien
b) Pemimpin dan manager yang efektif,
yang memiliki kemampuan berpikir, mengambil keputusan yang tepat pada waktunya
serta mengendalikan pelaksanaan dengan cakap dan berwibawa.
2.
Upaya Mengantisipasikan Masa Depan
Sesuai dengan penjelasan UU RI No. 2 Tahun 1989, fungsi
pendidikan diarahkan bukan hanya untuk pembangunan manusia saja tetapi juga
ikut serta dalam pembangunan masyarakat. Oleh karena itu upaya untuk
mengantisipasi masa depan melalui pendidikan akan diarahkan pada:
a.
Perubahan
Nilai dan Sikap
Nilai dan sikap memegang peranan
penting dalam menentukan wawasan dan perilaku manusia. Nilai merupakan norma,
acuan yang seharusnya, dan tahu kaidah yang akan menjadi rujukan perilaku.
Nilai-nilai tersebut dapat besumber dari berbagai hal, seperti agama, hukum,
adat-istiadat, moral dan sebagainya. Dalam sikap dapat dibedakan tiga aspek,
yaitu:
1) Aspek kognitif seperti pemahaman
tentang objek sikap
2) Aspek afektif yang sangat
dipengaruhi oleh nilai dan dapat sangat subjektif sperti setuju atau tak
setuju, suka atau benci, dan sebagainya.
3) Aspek konatif yang mendorong untuk
bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek tersebut.
Pembentukan/pengubahan nilai dan sikap dalam diri seseorang
dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti pembiasaan, internalisasi nilai
melalui ganjaran hukuman, keteladanan (modelling), teknik klarifikasi nilai,
dan sebagainya. Hasil belajar berupa nilai dan sikap dapat dikategorikan dalam
kawasan (ranah) afektif. Tujuan taksonomi pendidikan dalam ranah afektif
tersebut dikemukakan antara lian oleh Krathwohl, Bloom, dan Masia (1964, dari
Bloom, Hastings, dan Madaus, 1971:229) yang menekankan proses internalisasi
yang kontinu dari yang rendah sampai yang tertinggi sebagai berikut:
1)
Penerimaan
(receiving, attending)
2)
Penanggapan
(responding)
3)
Penilaian,
peyakinan (valuing)
4)
Pengorganisasian,
konseptualisasi (organization)
5)
Perwatakan,
pameran (characterization)
Perubahan nilai dan sikap dalam rangka mengantisipasi masa
depan haruslah diupayakan sedemikian rupa sehingga dapat diwujudkan
keseimbangan dan keserasian antara aspek pelestarian dan aspek pembaruan.
Pendidikan harus selalu menjaga secara seimbang pembentukan kemampuan
mempertanyakan, disamping kemampuan menerima dan mempertahankan. Keserasian dan
keselarasan antara pelestarian dan pembaruan nilai dan sikap akan memeberi
peluang keberhasilan menjemput masa depan itu.
b.
Pengembangan
Kebudayaan
Salah satu upaya penting dalam
mengantisipasi masa depan adalah upaya yang berkaitan dengan pengembangan
kebudayaan dalam arti luas, termasuk hal-hal yang berkaitan dengan sarana
kehidupan manusia. Dewasa ini, kita tidak mungkin menutup diri terhadap pengaruh
kebudayaan lain. Oleh karena itu, yang dibutuhkan adalah memperkuat ketahanan
budaya, sehingga dapat memanfaatkan pengaruh positif serta menghindari pengaru
negatif dari kebudayaan tersebut. Peranan pendidikan merupakan faktor
menentukan dalam membangun dan memperkuat ketahanan budaya tersebut. UNESCO
telah menetapkan konsep dasawarsa kebudayaan sedunia yang menekankan bahwa
pengembangan kebudayaan dunia masa kini harus meliputi empat dimensi (Makaminan
Makagiansar, 2990: 7) yakni:
1) Afirmasi astau penegasan buadaya
dalam proses pembangunan, karena pembangunan akan hampa jika tidak diilhami
oleh kebudayaan masyarakat/bangsa yang bersangkutan.
2) Mereafirmasi dan mengembangkan
identitas budaya, dan setiap kelompok manusia berhak diakui identitas
budayanya.
3) Partisipasi, yakni dalam
pengembangan suatu bangsa adalah mutlak perlu.
4) Memajukan kerja sama budaya
antarbangsa yang merupakan tuntutan mutlak dalam era globalisasi.
c.
Pengembangan
Sarana Pendidikan
Khusus untuk menyongsong era
globalisasi yang makin tidak terbendung, terdapat beberapa hal yang secara
khusus memerlukan perhatian dalam bidang pendidikan. Santoso S. Hamijoyo
mengemukakan lima strategi dasar dalam era globalisasi tersebut yaitu:
1) Pendidikan untuk pengembangan iptek
dipilih terutama dalam bidang yang vital seperti manufakturing pertanian,
sebagai modal utama menghadapi globalisasi.
2) Pendidikan untuk pengembangan
keterampilan manajemen, termasuk penguasaan bahasa asing yang relevan untuk
hubungan perdagangan dan politik, sebagai instumen operasional untuk berkiprah
dalam globalisasi.
3) Pendidikan untuk pengolahan
kependudukan, lingkungan, keluarga berencana, dan kesehatan sebagai penangkal
terhadap menurunnya kualitas hidup dan hancurnya sistem pendukung kehidupan
manusia.
4) Pendidikan untuk pengembangan sistem
nilai, termasuk filsafat, agama dan ideologi demi ketahanan sosial-budaya
termasuk persatuan dan kesatuan bangsa.
5) Pendidikan untuk mempertinggi mutu
tenaga kependidikan dan pelatihan, termasuk pengelola sistem pendidikan formal
dan nonoformal, demi penggalakan peningkatan pemerataan mutu, relevansi, dan
efisiensi sumber daya manusia secara keseluruhan.
BAB III
RANGKUMAN
Pendidikan selalu merupakan penyiapan peserta didik bagi
peranan di masa yang akan datang. Dengan demikian, pendidikan seharusnya selalu
mengantisipasi keadaan masyarakat masa depan. Perubahan keadaan masyarakat masa
depan yang berlangsung dengan cepat mempunyai beberapa karateristik umum yang
dapat dijadikan petunjuk sebagai ciri masyarakat di masa depan yaitu:
1. Kecenderungan globalisasi yang makin
kuat.
2. Perkembangan iptek yang makin cepat.
3. Perkembangan arus informasi yang
makin padat dan cepat.
4. Kebutuhan/tuntutan peningkatan
layanan profesional dalam berbagai segi kehidupan manusia. Keseluruhan hal itu
telah mulai tampak pengaruhnya masa kini, serta diperkirakan akan makin penting
peranannya di masa depan.
Masyarakat masa depan dengan ciri globalisasi, kemajuan
iptek, dan kesempatan menerima arus informasi yang padat dan cepat, dan sebagainya,
telah memerlukan warga yang mau dan mampu menghadapi segala permasalahan serta
siap menyesuaikan diri dengan situasi baru tersebut. Pendidikan berkewajiban
mempersiapkan generasi baru yang sanggup menghadapi tantangan zaman baru yang
akan datang. Pengembangan pendidikan dalam masyarakat yang sedang berubah
dengan cepat haruslah dilakukan secara menyeluruh dengan pendekatan
sistematik-sistematik. Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya merupakan kunci
keberhasilan bangsa dan negara Indonesia dalam abad 21 yang akan datang untuk
itu diperlukan:
1. Tuntutan bagi manusia masa depan.
2. Upaya mengantisipasi masa depan,
utamanya yang berhubungan dengan perubahan nilai dan sikap sebagai manusia
modern, pengembangan kehidupan dan kebudayaan, serta pengembangan sarana
pendidikan.
Daftar Pustaka
-
Tirtarahardja
U dan La Sulo .2005.Pengantar Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.
No comments:
Post a Comment