Saturday 2 January 2016

MAKALAH tentang PERKIRAAN DAN ANTISIPASI TERHADAP MASYARAKAT MASA DEPAN



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Melalui pendidikan setiap masyarakat akan melestarikan nilai-nilai luhur sosial kebudayaannya yang telah terukir dengan indahnya dalam sejarah bangsa.  Melalui pendidikan juga diharapakan dapat ditumbuhkan kemampuan untuk menghadapi tuntutan objektif masa kini, baik tuntutan dari dalam maupun tuntutan karena pengaruh dari luar masyarakat yang bersangkutan. Nantinya melalui pendidikan akan ditetapkan langkah-langkah yang dipilih masa kini sebagai upaya mewujudkan aspirasi dan harapan di masa depan. Masa lalu yang telah tampak adanya pergeseran nilai-nilai merupakan hasil adanya perubahan sosial, kita harus mulai menyadari dan terus berjuang di bidang pendidikan tidak hanya aspek kognitif  yang di utamakan, tetapi sampai pada aspek afektif dan psikomotornya. Dengan demikian kita dapat mengantisipasi terhadap masyarakat masa depan di era globalisasi ini.
B.     Tujuan
1)      Memahami beberapa kemungkinan keadaan masyarakat di masa depan, serta peranan faktor-faktor globalisasi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), arus komunikasi yang semakin padat dan cepat, serta kebutuhan yang meningkat dalam layanan profesional terhadap masyarakat di masa depan tersebut.
2)      Memahami berbagai upaya pendidikan untuk mengantisipasi masa depan, baik yang berkenan dengan penyiapan manusia maupun yang berkenan dengan perubahan sosiokultural, serta pengembangan sarana pendidikan untuk mendukung upaya-upaya yang sedang atau akan dilaksanakan.
C.    Manfaat.
1.      Bagi mahasiswa calon tenaga kependidikan, utamanya guru, kajian tentang masyarakat masa depan tersebut berdampak ganda, yaitu untuk dirinya sendiri serta pada gilirannya kelak untuk siswa-siswanya.




BAB II
PERKIRAAN DAN ANTISIPASI TERHADAP
MASYARAKAT MASA DEPAN

A.    Perkiraan Masyarakat Masa Depan
Pendidikan selalu berlangsung dalam suatu latar kemasyarakatan dan kebudayaan tertentu. Kebudayaan dimaksudkan dalam arti luas yakni keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu (Koentjaraningrat, 1974: 19). Kebudayaan itu dapat:
1)      Berwujud ideal yakni ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya
2)      Berwujud kelakuan yakni kelakuan berpola dari manusia dalam bermasyarakat
3)      Berwujud fisik yakni benda-benda hasil karya manusia (Koentjaraningrat 1974: 15-22)
Pengertian kebudayaan yang begitu luas seringkali dipecah lagi dalam unsur-unsurnya, dan sering dipandang sebagai unsur-unsur universal dari kebudayaan, yakni:
a)      Sistem religi dan upacara keagamaan
b)      Sistem dan organisasi kemasyarakatan
c)      Sistem pengetahuan
d)     Bahasa
e)      Kesenian
f)       Sistem mata pencaharian
g)      Sistem teknologi dan peralatan
Perubahan dari salah satu unsur-unsur tersebut akan berdampak pada keseluruhan unsur-unsur kebudayaan lainnya. Perkembangan masyarakat beserta kebudayaannya sekarang ini makin mengalami percepatan serta meliputi seluruh aspek kehidupan dan penghidupan manusia. Perubahan yang cepat tersebut mempunyai beberapa karateristik umum yang dapat dijadikan petunjuk sebagai ciri masyarakat masa depan. Beberapa diantaranya adalah:
1)      Kecenderungan globalisasi yang makin cepat
2)      Perkembangan iptek yang makin cepat
3)      Perkembangan arus informasi yang semakin padat dan cepat
4)      Kebutuhan/tuntutan peningkatan layanan profesional dalam berbagai segi kehidupan manusia.
Pemahaman tentang keadaan masyarakat masa depan tersebut akan sangat penting sebagai latar depan segala kebijakan dan upaya pendidikan masa kini dan masa yang akan datang. Kajian masyarakat masa depan itu semakin penting jika diingat bahwa pendidikan selalu merupakan penyiapan peserta didik bagi peranannya di masa yang akan datang. Dengan demikian, pendidikan seharusnya selalu mengantisipasi keadaan masyarakat masa depan.
1.      Kecenderungan Globalisasi
Istilah globalisasi (asal kata: global yang berarti secara umumnya, utuhnya, kebulatannya) bermakna bumi sebagai satu keutuhan seakan-akan tanpa tapal batas administrasi negara, dunia menjadi amat transparan, serta saling ketergantungan antarbangsa di dunia semakin besar, dengan kata lain: Menjadikan dunia sebagai satu keutuhan, satu kesatuan. Menurut Emil Salim terdapat empat bidang kekuatan gelombang globalisasi yang paling kuat dan menonjol daya dobraknya, yakni bidang IPTEK, ekonomi, lingkungan hidup, dan pendidikan.
a)      Bidang Iptek yang mengalami perkembangan semakin dipercepat, utamanya penggunaan berbagai teknologi canggih seperti komputer dan satelit.
b)      Bidang ekonomi yang mengarah ke ekonomi regional dan atau ekonomi global tanpa mengenal batas-batas negara.
c)      Bidang lingkungan hidup telah menjadi bahan pembicaraan dalam berbagai pertemuan tingkat Internasional.
d)     Bidang pendidikan dalam kaitannya dengan identirtas bangsa termasuk budaya nasional dan budaya-budaya nusantara.
2.      Perkembangan IPTEK
Perkembangan iptek yang makin cepat dalam era globalisasi merupakan salah satu ciri utama dari masyarakat masa depan. Globalisasi perkembangan IPTEK tersbut dapat berdampak positif ataupun negative, tergantung pada kesiapan bangsa beserta kondisi social- budayanya untuk menerima limpahan informasi atau teknologi tersebut. Segi positifnya antara lain memudahkan untuk mengikuti perkembangan iptek yang terjadi di dunia. Sedangkan segi negatifnya akan timbul apabila kondisi sosial-budayanya belum siap menerima limpahan itu ( Pratiwi Sudarsono, 1990: 14-15).
Percepatan perkembangan IPTEK tersebut terkait dengan landasan ontologis, epistemologis, dan aksiologis (Filsafat Ilmu, 1981: 9-15). Segi landasan ontologis, objek telaahan ialah berupa pengalaman atau segenap ujud yang dijangkau lewat alat indra yang telah mengalami perkembangan yang pesat karena didapatkannya peranti (device) yang membantu alat indra tersebut. Dari segi epistemologis, cara yang dipakai untuk memperoleh pengetahuan yang disebut ilmu pengetahuan tersebut telah menglami perkembangan yang pesat. Landasan aksiologis atau untuk apa iptek itu dipergunakan, yang mempersoalkan tentang penggunaan iptek tersebut secara moral tertuju pada kemaslahatan manusia. Kegiatan pengembangan dan pemanfaatan IPTEK, antara lain:
a.       Penelitian dasar (basic research)
b.      Penelitian terapan (applied research)
c.       Pengembangan teknologi (technological development)
d.      Penerapan teknologi
Masyarakat masa depan adalah masyarakat yang sangat dipengaruhi oleh iptek, yang akan lebih membenarkan bahwa ilmu adalah kekuasaan maka teknologi merupakan alat kekuasaan atas:
                    i.            Manusia, yakni demi kemaslahatan atau sebaliknya mengeksploitasi manusia itu.
                  ii.            Kebudayaan, yakni memperkaya dan memperkuat kebudayaan atau melunturkan nilai-nilai budaya yang dapat menimbulkan krisis identitas budaya.
                iii.            Alam, yakni memanfaatkan sambil menjaga kelestariannya ataukah memusnahkan kehidupan di bumi (Filsafat Ilmu, 1981:164-166).

3.      Perkembangan Arus Komunikasi yang Semakin Padat dan Cepat
Salah satu perkembangan iptek yang luar biasa adalah yang berkaitan dengan informasi dan komunikasi, utamanya satelit komunikasi. Ada beberapa istilah yang diapakai dalam menjelaskan perkembangan global yang cepat pada akhir abad ke-20 ini, antara lain: Gelombang Ketiga (Alvin Toffler), Zaman Pasca-Industri (John Naisbit), Dunia Tanpa Batas (Kenichi Ohmac: the Borderless Word), Revolusi Komunikasi (Frederick Williams: The Communications Revolution), dan sebagainya.
Pada umumnya bentuk komunikasi langsung (verbal ataupun nonverbal) dikenal sebagai komunkasi antarpribadi (interpersonal communication), baik komunikasi antardua orang (dyadic communication), maupun dalam kelompok kecil (small gruop communication) dengan ciri pokok adanya dialog di antara pihak-pihak yang berkomunikasi. Sedangkan bentuk komunikasi monolog adalah komunikasi publik, yang dibedakan atas komunikasi pembicaraan-pendengar (speaker-audience communication). Misalnya pada rapat umum dan komunikasi massa seperti surat kabar dan lain sebagainya.
Proses Komunikasi meliputi beberapa unsur dasar, yaitu:
a.       Sumber pesan seperti harapan, gagasan, perasaan atau perilaku yang diinginkan oleh pengirim pesan.
b.      Penyandian (encoding), yakni pengubahan/penerjemahan isi pesan ke dalam bentuk yang serasi dengan alat pengiriman pesan
c.       Transmisi (pengiriman) pesan
d.      Saluran
e.       Pembukasandian (decoding) yakni penerjemahan kembali apa yang diterima ke dalam isi pesan oleh penerima
f.       Reaksi internal penerima sesuai pemahaman pesan yang diterimanya
g.      Gangguan/hambatan (noise) yang dapat terjadi pada sema unsur dasar lainnya.
PENGIRIM





4.    Saluran
PENERIMA
1.    Sumber pesan: gagasan, perasaan, harapan, dan lain-lain.
2.   Penyandian (encoding)
5.    Pembukasandian (decoding)
(1)   Gagasan, perasaan, harapan, dll, dari penerima; akan menjadi sumber balikan

3.    Transmisi/pengiriman pesan


                           

7.  Gangguan
7. Gangguan
6.    Reaksi internal sesuai pemahaman pesan


7.         Gangguan

Bagan  2.1 Proses Komunikasi
(Dimodifikasi dari Johnson dan Johnson, 1977: 111)

Faktor yang harus diperhatikan (Dirjen Pembinaan Pers dan Grafika, 1992: 18-20) dalam upaya untuk merebut teknolgi komunikasi dan informasi yang telah berkembang pesat, antara lain:
1.      Pengembangan teknologi satelit yang mutakhir
2.      Penggunaan teknologi digital yang mampu menyalurkan sinyal yang beragam (suara, video, dan data) menuju bentuk ISDN (integrated service digital network) yang dikelola dengan sistem computer
3.      Di bidang media cetak antara lain penggunaan VDT (video display terminal), surat kabar elektronik, dan sistem cetak jarak jauh
4.      Di bidang media elektronik antara lain penggunaan DBS (direct broadcast satelitte), penggunaan HDTV (high definition television), dan sebagainya. Kesemuanya itu akan mempercepat terwujudnya suatu masyarakat informasi, sebagai masyarakat masa depan.
4.      Peningkatan Layanan Profesional
Salah satu ciri penting masyarakat masa depan adalah meningkatnya kebutuhan layanan profesional dalam berbagai bidang kehidupan manusia.
Profesi adalah suatu lapangan pekerjaan dengan persyaratan tertentu, “suatu vokasi khusus yang mempunya ciri-ciri: Expertise (keahlian), responsibility (tanggungjawab), corporateness (kesejawatan)” (Huntington, 1964, dari Nugroho Notosusanto, 1984: 16).Robert W. Richey (1974) dan D. Westy-Gibson (1965) mengemukakan ciri-ciri profesi (dari Profesionalisasi Jabatan Guru, 1983: 4-6) yaitu:
a.       Lebih mengutamakan pelayanan kemanusiaan yang ideal, dan layanan itu memperoleh pengakuan masyarakat (harus dilakukan oleh pemangku profesi tersebut)
b.      Terdapat sekumpulan bidang ilmu yang menjadi landasan dari sejumlah teknik dan prosedur yang unik, serta diperlukan waktu yang relatif panjang untuk mempelajarinya sebagai periode persiapan yang sengaja dan sistematis agar mampu melaksanakan layanan itu (pendidikan/pelatihan prajabatan)
c.       Terdapat suatu mekanisme saringan berdasarkan kualifikasi tertentu, sehingga hanya yang kompeten yang dieprbolehkan melaksanakan layanan profesi itu
d.      Terdapat suatu kode etik profesi yang mengatur keanggotaan, serta tingkah laku, sikap dan cara kerja dari anggotanya itu
e.       Terdapat organisai profesi yang akan berfungsi menjaga/meningkatkan layanan profesi, dan melindungi kepentingan serta kesejahteraan angotanya
f.       Pemangku profesi memandang profesinya sebagai suatu karier hidup dan menjadi seorang yang relatif permanen, serta mempunyai kemandirian dalam melaksanakan profesinya dan utnuk mengembangkan kemampuan profesionalnya sendiri.
Howsam, et.al. (1976: 7-9) mengemukakan suatu pandangan historis tentang profesi dengan mengemukakan lima lingkaran konsentris dari titik tengah berturut-turut:
1.      Profesi tertua yakni hukum, kesehatan, teologi, dan dosen.
2.      Profesi baru yakni arsitektur, insinyur (engineering), dan optometri.
3.      Pekerjaan yang segera diakui segai profesi (emergent professions), umpamanya pekerja sosial yang masih semiprofesional akan segera diakui sebagai professional
4.      Semi professional
5.      Pekerjaan biasa yang tidak berusaha memperoleh status profesional
Mc Cully (1969, dari T. Raka Joni, 1981:5-8) mengemukakan enam tahap dalam proses profesionalisasi yakni:
a.       Penetapan dan pemantapan layanan unik yang diberikan oleh suatu profesi sehingga memperoleh pengakuan masayarakat dan pemerintah. Contoh: Layanan Unik dari para dokter, dan apabia dilakukan oleh pihak lain, akan dituduh sebagai “dokter palsu”.
b.      Penyepakatan antara kelompok profesi dan lembaga pendidikan prajabatan tentang standar kompetensi minimal yang harus dimiliki oleh setiap calon profesi tersebut.
c.       Akreditas, yakni pengakuan resmi tentang kelayakan suatu program pendidikan prajabatan yang ditugasi menghasilkan calon tenaga profesi bersangkutan. Penilaian kelayakan itu meliputi antara lain: Tujuan dan filosofi pendidikannya, isi program, fasilitas pendukung ketenagaan, pelaksanaan program, dan sebagainya.
d.      Mekanisme sertifikasi dan pemberian izin praktek, yaitu merupakan pengakuan resmi kepada seseorang yang memiliki kompetensi yang diprasyaratkan oleh profesi tertentu.
e.       Baik secara perseorangan, maupun secara kelompok, pemangku profesi bertanggungjawab penuh terhadap segala asepk pelaksanaan tugasnya yakni kebebasan mengambil keputusan secara profesional.
f.       Kelompok profesional memiliki kode etik yang berfungsi ganda, yaitu:
1)      Perlindungan terhadap masyarakat agar memperoleh layanan yang bermutu
2)      Perlindungan dan pedoman peningkatan kualitas anggota.

B.     UPAYA PENDIDIKAN DALAM MENAGANTISIPASIKAN MASA DEPAN
Pendidikan berkewajiban mempersiapkan generasi baru yang sanggup menghadapi tantangan zaman baru yang akan datang. Seperti telah dikemukakan, manusia yang melek teknologi dan melek pikir yang keseluruhannya disebut melek kebudayaan, yang mampu “think globally but act locally”.
Pengembangan pendidikan dalam masyarakat dalam masyarakat yang sedang berubah dengan cepat haruslah dilakukan secara menyeluruh dengan pendekatan sistematis-sistematik. Pendekatan sistematis adalah pengembangan pendidikan dilakukan secara teratur melalui perencanaan yang bertahap, sedang sistematik menunjuk pada pendekatan sitem dalm proses berpikir yang mengaitkan secara fungsional semua aspek dalam pembaruan pendidikan tersebut (Depdikbud, 1991/1992a: 21). Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya merupakan kunci keberhasilan bangsa dan negara dalam masa yang akan datang. Oleh karena itu kajian selanjutnya akan membahas tentang tuntutan manusia masa depan, dan upaya mengantisipasi masa depan.
1.      Tuntutan bagi Manusia Masa Depan (Manusia Modern)
Dalam membicarakan tentang perkiraan masyarakat masa depan, secara tersirat telah pula dibicarakan tentang tantangan-tantangan yang akan dihadapi manusia masa depan. Tantangan tersebut merupakan gejala konstelasi dunia masa kini dan masa depan, oleh karena itu, manusi Indonesia perlu berupaya untuk menyesuaikan diri sehingga menjadi manusia modern. Setiap upaya manusia untuk menyesuaikan diri terhadap konstelasi dunia pada masanya (masa lampau, kini, ataupun datang) adalah proes modernisasi.
Berdasarkan acuan normatif yang berlaku (UU RI No. 2/1989beserta peraturan pelaksanaanya) telah ditetapkan rumusan tujuan pendidikan di Indonesia, yang dapat dianggap sebagai profil manusia Indonesia di masa depan. Dalam penjelasan PP RI No: 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar (yakni penjelasan pasal 3) dikemukakan rincian tujuan-tujuan pendidikan dasar tersebut (Undang-Undang, 1992:79-80) sebagai berikut:
a.       Pengembanga kehidupan siswa sebagai pribadi sekurang-kurangnya mencakup upaya untuk:
1)      Memperkuat dasar keimanan dan ketakwaan
2)      Membiasakan untuk berperilaku yang baik
3)      Memberikan pengetahuan dan ketrampilan dasar
4)      Memelihara kesehatan jasmani dan rohani
5)      Memberikan kemampuan untuk belajar
6)      Membentuk kemampuan untuk belajar
b.      Pengembangan kehidupan peserta didik sebagai anggota masyarakat sekurang-kurangnya mencakup upaya untuk:
1)      Memperkuat kesadaran hidup beragama dalam bermasyarakat
2)      Menumbuhkan rasa tanggungjawab dalam masyarakat
3)      Memberikan pengetahuan dan ketrampilan dasar yang diperlukan untuk bereran serta dalam kehiduoan bermasyarkat
c.       Pengembangan kehidupan peserta didik sebagai warga negara sekurang-kurangnya mencakup upaya untuk:
1)      Mengembangkan perhatian dan pengetahuan tentang hak dan kewajiban sebaga warga negara Republik Indonesia
2)      Menanamkan rasa ikut bertanggungjawab terhadap kemajuan bangsa dna Negara
3)      Memberikan pengetahuan dan ketrampilan dasar yang diperlukan untuk berperan serta dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

d.      Pengembangan kehidupan peserta didik sebagai anggota umat manusia mencakup upaya untuk:
1)      Meningkatkan harga diri sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat
2)      Meningkatkan pengertian kesadaran tentang hak asasi manusia
3)      Memberikan pengertian tentang ketertiban dunia
4)      Meningkatkan kesdaran pentingnya persahabatan antarbangsa
e.       Mempersiapkan peserta didik untuk mengisi pendidikan menengah dalam menguasai kurikulum yang diisyaratkan.
Untuk jenjang pendidikan dasar hal itu berarti bahwa kemampuan dasar sebagai manusia Pancasila yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar akan siap untuk:
                                              i.            Memasuki lapangan kerja sebagai manusia pembangunan setelah melalui orientasi dan atau pelatihan tambahan sesuai dengan kebutuhan.
                                            ii.            Melanjutkan ke pendidikan menengah.
Tuntutan manusia indonesia di masa depan, setelah kemampuan dasar tersebut, terutama diarahkan kepada pembekalan kemampuan yang sangat diperlukan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan di masa depan tersebut. Beberapa di antaranya seperti:
a)      Ketanggapan terhadap pelbagai masalah sosial, politik, kultural, dan lingkungan.
b)      Kretifitas di dalam menemukan alternatif pemecahannya.
c)      Efisiensi dan etos kerja yang tinggi
Bertolak dari tesis ketidakpastian, Makaminan Makagiansar (1990: 5-6) mengemukakan pentingnya mengembangkan empat hal pada peserta didik, yaitu:
a.       Kemampuan mengantisipasi (anticipate) perkembangan berdasarkan ilmu pengetahuan
b.      Kemampuan dan sikap untuk mengerti dan mengatasi situasi (cope)
c.       Kemampan mengakomodasi (acomodate), utamanya perkembangan iptek serta perubaan yang diakibatkannya
d.      Kemampuan mereorientasi (reorient), utamanya kemampuan seleksi (filter) terhadap arus informasi yang membombardirnya.


Akhirnya dikemukakan pendapat Mayjen Sajidiman (1972: 10-11) yang menekankan kemampuan yang diperlukan manusia Indonesai berdasarkan fungsinya, yakni:
a)      Pekerja yang terampil yang menjadi bagian utama dari mekanime produksi (dalam arti luas) yang harus lebih efektif dan efisien
b)      Pemimpin dan manager yang efektif, yang memiliki kemampuan berpikir, mengambil keputusan yang tepat pada waktunya serta mengendalikan pelaksanaan dengan cakap dan berwibawa.
2.      Upaya Mengantisipasikan Masa Depan
Sesuai dengan penjelasan UU RI No. 2 Tahun 1989, fungsi pendidikan diarahkan bukan hanya untuk pembangunan manusia saja tetapi juga ikut serta dalam pembangunan masyarakat. Oleh karena itu upaya untuk mengantisipasi masa depan melalui pendidikan akan diarahkan pada:
a.       Perubahan Nilai dan Sikap
Nilai dan sikap memegang peranan penting dalam menentukan wawasan dan perilaku manusia. Nilai merupakan norma, acuan yang seharusnya, dan tahu kaidah yang akan menjadi rujukan perilaku. Nilai-nilai tersebut dapat besumber dari berbagai hal, seperti agama, hukum, adat-istiadat, moral dan sebagainya. Dalam sikap dapat dibedakan tiga aspek, yaitu:
1)      Aspek kognitif seperti pemahaman tentang objek sikap
2)      Aspek afektif yang sangat dipengaruhi oleh nilai dan dapat sangat subjektif sperti setuju atau tak setuju, suka atau benci, dan sebagainya.
3)      Aspek konatif yang mendorong untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek tersebut.
Pembentukan/pengubahan nilai dan sikap dalam diri seseorang dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti pembiasaan, internalisasi nilai melalui ganjaran hukuman, keteladanan (modelling), teknik klarifikasi nilai, dan sebagainya. Hasil belajar berupa nilai dan sikap dapat dikategorikan dalam kawasan (ranah) afektif. Tujuan taksonomi pendidikan dalam ranah afektif tersebut dikemukakan antara lian oleh Krathwohl, Bloom, dan Masia (1964, dari Bloom, Hastings, dan Madaus, 1971:229) yang menekankan proses internalisasi yang kontinu dari yang rendah sampai yang tertinggi sebagai berikut:

1)      Penerimaan (receiving, attending)
2)      Penanggapan (responding)
3)      Penilaian, peyakinan (valuing)
4)      Pengorganisasian, konseptualisasi (organization)
5)      Perwatakan, pameran (characterization)
Perubahan nilai dan sikap dalam rangka mengantisipasi masa depan haruslah diupayakan sedemikian rupa sehingga dapat diwujudkan keseimbangan dan keserasian antara aspek pelestarian dan aspek pembaruan. Pendidikan harus selalu menjaga secara seimbang pembentukan kemampuan mempertanyakan, disamping kemampuan menerima dan mempertahankan. Keserasian dan keselarasan antara pelestarian dan pembaruan nilai dan sikap akan memeberi peluang keberhasilan menjemput masa depan itu.
b.      Pengembangan Kebudayaan
Salah satu upaya penting dalam mengantisipasi masa depan adalah upaya yang berkaitan dengan pengembangan kebudayaan dalam arti luas, termasuk hal-hal yang berkaitan dengan sarana kehidupan manusia. Dewasa ini, kita tidak mungkin menutup diri terhadap pengaruh kebudayaan lain. Oleh karena itu, yang dibutuhkan adalah memperkuat ketahanan budaya, sehingga dapat memanfaatkan pengaruh positif serta menghindari pengaru negatif dari kebudayaan tersebut. Peranan pendidikan merupakan faktor menentukan dalam membangun dan memperkuat ketahanan budaya tersebut. UNESCO telah menetapkan konsep dasawarsa kebudayaan sedunia yang menekankan bahwa pengembangan kebudayaan dunia masa kini harus meliputi empat dimensi (Makaminan Makagiansar, 2990: 7) yakni:
1)      Afirmasi astau penegasan buadaya dalam proses pembangunan, karena pembangunan akan hampa jika tidak diilhami oleh kebudayaan masyarakat/bangsa yang bersangkutan.
2)      Mereafirmasi dan mengembangkan identitas budaya, dan setiap kelompok manusia berhak diakui identitas budayanya.
3)      Partisipasi, yakni dalam pengembangan suatu bangsa adalah mutlak perlu.
4)      Memajukan kerja sama budaya antarbangsa yang merupakan tuntutan mutlak dalam era globalisasi.

c.       Pengembangan Sarana Pendidikan
Khusus untuk menyongsong era globalisasi yang makin tidak terbendung, terdapat beberapa hal yang secara khusus memerlukan perhatian dalam bidang pendidikan. Santoso S. Hamijoyo mengemukakan lima strategi dasar dalam era globalisasi tersebut yaitu:
1)      Pendidikan untuk pengembangan iptek dipilih terutama dalam bidang yang vital seperti manufakturing pertanian, sebagai modal utama menghadapi globalisasi.
2)      Pendidikan untuk pengembangan keterampilan manajemen, termasuk penguasaan bahasa asing yang relevan untuk hubungan perdagangan dan politik, sebagai instumen operasional untuk berkiprah dalam globalisasi.
3)      Pendidikan untuk pengolahan kependudukan, lingkungan, keluarga berencana, dan kesehatan sebagai penangkal terhadap menurunnya kualitas hidup dan hancurnya sistem pendukung kehidupan manusia.
4)      Pendidikan untuk pengembangan sistem nilai, termasuk filsafat, agama dan ideologi demi ketahanan sosial-budaya termasuk persatuan dan kesatuan bangsa.
5)      Pendidikan untuk mempertinggi mutu tenaga kependidikan dan pelatihan, termasuk pengelola sistem pendidikan formal dan nonoformal, demi penggalakan peningkatan pemerataan mutu, relevansi, dan efisiensi sumber daya manusia secara keseluruhan.












BAB III
RANGKUMAN

Pendidikan selalu merupakan penyiapan peserta didik bagi peranan di masa yang akan datang. Dengan demikian, pendidikan seharusnya selalu mengantisipasi keadaan masyarakat masa depan. Perubahan keadaan masyarakat masa depan yang berlangsung dengan cepat mempunyai beberapa karateristik umum yang dapat dijadikan petunjuk sebagai ciri masyarakat di masa depan yaitu:
1.      Kecenderungan globalisasi yang makin kuat.
2.      Perkembangan iptek yang makin cepat.
3.      Perkembangan arus informasi yang makin padat dan cepat.
4.      Kebutuhan/tuntutan peningkatan layanan profesional dalam berbagai segi kehidupan manusia. Keseluruhan hal itu telah mulai tampak pengaruhnya masa kini, serta diperkirakan akan makin penting peranannya di masa depan.
Masyarakat masa depan dengan ciri globalisasi, kemajuan iptek, dan kesempatan menerima arus informasi yang padat dan cepat, dan sebagainya, telah memerlukan warga yang mau dan mampu menghadapi segala permasalahan serta siap menyesuaikan diri dengan situasi baru tersebut. Pendidikan berkewajiban mempersiapkan generasi baru yang sanggup menghadapi tantangan zaman baru yang akan datang. Pengembangan pendidikan dalam masyarakat yang sedang berubah dengan cepat haruslah dilakukan secara menyeluruh dengan pendekatan sistematik-sistematik. Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya merupakan kunci keberhasilan bangsa dan negara Indonesia dalam abad 21 yang akan datang untuk itu diperlukan:
1.      Tuntutan bagi manusia masa depan.
2.      Upaya mengantisipasi masa depan, utamanya yang berhubungan dengan perubahan nilai dan sikap sebagai manusia modern, pengembangan kehidupan dan kebudayaan, serta pengembangan sarana pendidikan.





Daftar Pustaka

-          Tirtarahardja U dan La Sulo .2005.Pengantar Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.

No comments:

Post a Comment