BAB I
PENDAHULUAN
Seringkali orang menyatakan “Negara ini adikuasa” bangsa itu mulia dan
kuat. Tak ada seorangpun yang berpikir mengintervensi negara tersebut atau
menoneksinya karena kedigjayaan dan keperkasaannya.
Dan elemen kekuatan adalah kekuatan ekonomi, militer teknologi dan
kebudayaan namun yang terpenting dari ini semua adalah kekuatan manusia, karena
manusia adalah sendi yang menjadi pusat segala elemen kekuatan lainnya. Tak
mungkin senjata bisa dimanfaatkan, meskipun canggih bila tidak ada orang yang
ahli dan pandai menggunakannya. Kekayaannya meskipun melimpahkan, akan menjadi
mubazir tanpa ada orang yang mengatur dan mendayagunakannya untuk tujuan-tujuan
yang bermanfaat.
Dari titik tolak ini kita bisa mengambil kesimpulan bahwa umat Islam haruslah
memperhatikan pendidikan anak-anaknya dan pembinaan individu untuk mencapai
umat terbaik fiddunya wal akhirah.
BAB II
PEMBAHASAN
SISTEM PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF METODOLOGIK
1.
Pengertian Pendidikan Islam
a. Definisi Pendidikan Menurut para Ahli
diantaranya adalah :
Menurut Juhn
Dewex, pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman, hal ini
mungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa
dengan orang muda, mungkin pula terjadi secara sengaja dan dilembagakan untuk
menghasilkan kesinambungan social. Proses ini melibatkan pengawasan dan
perkembangan dari orang yang belum dewasa dan kelompok dia hidup (A. Yunus,
1999 : 7)
Menurut Frederick
J. MC. Donald, Pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang diarahkan untuk
merubah tabi’at (behaviour). Manusia yang dimaksud dalam behaviour adalah
setiap tanggapan atau perbuatan seseorang, sesuatu yang dilakukan oleh
seseorang (A. Yunus, 1999 : 7 – 8)
b. Definisi Pendidikan menurut Islam
Pendidikan Islam
itu sendiri adalah pendidikan yang berdasarkan Islam. Isi ilmu adalah
teori-teori tentang pendidikan. Ilmu pendidikan Islam secara lengkap isi suatu
ilmu bukanlah hanya teori (Nur Uhbiyati, 1998).
Dalam al-Qur’an
tidak ditemukan kata al-tarbiyah, namun terdapat istilah lain seakar dengannya,
yaitu al-rabb, rabbayani, murobbu, yarabby dan rabbaniy. Sedangkan dalam hadis
hanya ditemukan kata rabbany. Menurut Abdul Mujib masing-masing tersebut
sebenarnya memiliki kesamaan makna, walaupun dalam konteks tertentu memiliki
perbedaan.
Istilah lain dari
pendidikan adalah ta’lim merupakan masdar dari kata a’ilama yang
berarti pengajaran yang bersifat pemberian
atau penyampaian pengertian, pengetahuan dan ketrampilan.
Sebagaimana firman Allah SWT :
zN¯=tæur tPy#uä uä!$oÿôF{$# $yg¯=ä. §NèO öNåkyÎztä n?tã Ïps3Í´¯»n=yJø9$# tA$s)sù ÎTqä«Î6/Rr& Ïä!$yJór'Î/ ÏäIwàs¯»yd bÎ) öNçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇÌÊÈ
Artinya :
”Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya,
kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang
benar!" (QS. Al Baqarah ayat 31)
2.
Tujuan Pendidikan Islam
Menurut Abdul
Fatah Jalal, tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia sebagai
hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia
yang menghambakan kepada Allah, yang dimaksudkan menghambakan diri ialah
beribadah kepada Allah.
”Islam
menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya
sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah. Tujuan hidup manusia itu menurut
Allah ialah beribadah kepadfa Allah. Seperti dalam surat Ad Dzariyat ayat 56 :
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur wÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ
Artinya :
”Dan aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.
Menurut
al-Attas (1979: 1) menghendaki tujuan pendidikan Islam adalah manusia yang
baik. Ini terlalu umum, Marimba (1964 : 39) berpendapat bahwa tujuan pendidikan
islam ialah berbentuk orang yang berkepribadian muslim. Ini pun terlalu umum Al
Abrasyi (1974 : 15) menghendaki tujuan akhir pendidikan islam ialah manusia
yang berakhlak mulia. Ini juga amat umum, menurut Mursy (1977 : 18) menyatakan
bahwa tujuan akhir pendidikan menurut Islam ialah manusia sempurna ini pun
terlalu umum, sulit dioperasikan, maksudnya. Sulit dioperasikan dalam tindakan
perencanaan dan pelaksanaan pendidikan secara nyata.[1]
Dari
beberapa perbedaan di atas bisa ditarik kesimpulan sebagai berikut :
- Tujuan umum pendidikan Islam ialah muslim yang sempurna, atau manusia yang takwa, atau manusia beriman, atau manusia yang beribadah kepada Allah
- Muslim yang sempurna itu manusia yang memiliki 9 ciri sebagai berikut[2] jasmani yang sehat serta kuat cirinya adalah :
1)
sehat
2)
kuat
3)
berketrampilan
Kecerdasan dan kepandaian cirinya ialah :
1)
Mampu
menyelesaikan masalah secara cepat tepat;
2)
Mampu
menyelesaikan masalah secara ilmiah dan filosofis
3)
Memiliki
dan mengembangkan sains
4)
Memiliki
dan mengembangkan filsafat
Hati yang bertaqwa kepada Allah berciri :
1)
Dengan
sukarela melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya
2)
Hati
yang berkemampuan berhubungan dengan alam ghaib.
3.
Ruang Lingkup Pendidikan Islam
Pendidikan sebagai
ilmu yang mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Karena didalamnya banyak
segi-segi atau pihak-pihak yang ikut terlibat baik itu secara langsung maupun
tidak langsung.
Adapun
segi-segi atau pihak-pihak yang terlibat dalam pendidikan Islam sekaligus
menjadi ruang lingkup pendidikan islam adalah sebagai berikut :
1) Perbuatan mendidik itu sendiri
Maksudnya adalah seluruh kegiatan,
tidnakan atau perbuatan dan sikap yang dilakukan oleh pendidikan sewaktu
menghadapi / mengasuh anak didik.
2) Anak didik (murid); yaitu merupakan obyek
terpenting dalam pendidikan Islam
3) Dasar dan tujuan pendidikan Islam; yaitu
landasan yang menjadikan fundamen dan sumber dari segala kegiatan pendidikan
Islam yang dilakukan
4) Pendidikan; yaitu obyek yang melakukan
pendidikan Islam
5) Materi pendidikan Islam; yaitu bahan, atau
pengalaman-pengalaman belajar ilmu agama
6) Metode pendidikan Islam; yaitu cara yang
paling tepat dilakukan oleh pendidikan untuk menyampaikan bahan atau materi
pendidikan islam kepada anak didik
7) Evaluasi pendidikan; yaitu menurut cara
bagaimana mengadakan evaluasi atau penilaian terhadap hasil belajar anak didik
8) Alat-alat pendidikan Islam; yaitu
alat-alat yang dapat digunakan selama melaksanakan pendidikan Islam agar tujuan
pendidikan Islam tersebut lebih berhasil
9) Lingkungan sekitar atau milieu pendidikan
Islam; yaitu keadaan-keadaan yang ikut berpengaruh dalam pelaksanaan serta
hasil pendidikan Islam
4.
Konsepsi Guru
Dalam konteks pendidikan Islam, pendidik disebut dengan murobbi,
muallim, dan muaddib. Kata murobbi berasal dari kata rabba, yurobbi. Kata muallim
isim fail dari ailama, yuallimu sebagaimana ditemukan dalam al Qur’an (QS 2
: 31). Sedangkan kata muaddib berasal dari addaba yuaddibu.[3]
Pendidikan
Islam menggunakan tujuan sebagai dasar untuk menentukan pengertian pendidik.
Hal ini disebabkan karena pendidikan merupakan kewajiban agama, dan kewajiban
hanya dipikulkan kepada orang yang telah dewasa. kewajiban itu pertama-tama
bersifat personal, dalam arti bahwa setiap orang bertanggung jawab atas
pendidikan dirinya sendiri, kemudian bersifat sosial dalam arti bahwa setiap
orang bertanggung jawab atas pendidikan orang lain. Hal ini tercermin dalam
firman Allah sebagai berikut :
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqè% ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3Î=÷dr&ur #Y$tR $ydßqè%ur â¨$¨Z9$# äou$yfÏtø:$#ur $pkön=tæ îps3Í´¯»n=tB ÔâxÏî ×#yÏ© w tbqÝÁ÷èt ©!$# !$tB öNèdttBr& tbqè=yèøÿtur $tB tbrâsD÷sã ÇÏÈ
Artinya :
”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan”.
Di Indonesia pendidikan disebut juga
guru yaitu ”orang yang digugu dan ditiru”. Menurut Hadari Nawawi guru adalah
orang-orang yang kerjanya mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah atau di
kelas. Lebih khususnya diartikan orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan
pengajaran, yang ikut bertanggung jawab dalam membentuk anak-anak mencapai
kedewasaan masing-masing.
Di dalam undang-undang sistem pendidikan
Nasional Nomor 20 tahun 2003 dibedakan antara Pendidik dengan tenaga
kependidikan. Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan
diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Sedangkan
pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen,
konselor, pamong belajar, widya iswara, tutor, instruktur. Fasilitator, dan
sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya serta partisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan.[4]
5.
Konsep Anak Didik
Peserta didik
merupakan salah satu komponen dalam sistem pendidikan Islam. Peserta didik
merupakan ”raw material” (bahan mentah) di dalam proses transformasi yang
disebut pendidikan. Berbeda dengan komponen-komponen lain dalam sistem
pendidikan karena kita menerima ”materi” ini sudah setengah jadi, sedangkan
komponen-komponen lain dapat dirumuskan dan disusun sesuai dengan keadaan
fasilitas dan kebutuhan yang ada.
Peserta didik
secara formal adalah orang yang sedang berada pada fase pertumbuhan dan
perkembangan baik secara fisik maupun psikis pertumbuhan dan perkembangan
merupakan ciri dari seseorang peserta didik yang perlu bimbingan dari seorang
pendidik. Pertumbuhan menyangkut fisik, perkembangan menyangkut psikis.
Menurut pasal
1 ayat 4 UU RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, peserta
didik adalah anggota masyarakat yang beruaha mengembangkan dirinya melalui
proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Syamsu Nazar
mendeskripsikan 5 kriteria peserta didik.[5]
1) Peserta didik bukanlah miniatur orang dewasa
tetapi memiliki dunianya sendiri
2) Peserta didik memiliki periodisasi
perkembangan dan pertumbuhan
3) Peserta didik adalah makhluk Allah yang
memiliki perbedaan, individu baik disebabkan oleh faktor bawaan maupun
lingkungan dimana ia berada
4) Peserta didik merupakan dua unsur utama
jasmani dan rohani, unsur jasmani memiliki daya fisik dan unsur rohani memiliki
daya akal hati nurani dan nafsu
5) Peserta didik adalah manusia yang
mempunyai potensi atau fitrah yang dikembangkan dan berkembang secara dinamis
sebagaimana yang dijelaskan di dalam Hadits sahih yang Artinya :
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan
fitroh (suci, bersih) maka orang tualah yang akan menjadikannya yahudi,
nashrani, maupun majusi
(HR Buhari dan Muslim)
Di dalam
proses pendidikan peserta didik disamping sebagai objek juga sebagai subyek.
Oleh karena itu agar seorang pendidik berhasil dalam pendidikan, maka ia harus
memahami peserta didik dengan segala karakteristiknya. Diantara aspek yang
harus dipahami oleh pendidik yaitu (1) kebutuhan, (2) dimensi-dimensinya, (3)
intelegensinya, (4) kepribadiannya.
6.
Konsep Kurikulum Pendidikan Islam
Kurikulum
merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam suatu sistem
pendidikan. Karena itu kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan
pendidikan Islam dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran
pada semua jenis dan tingkat pendidikan.
Secara
etimologis, kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang
artinya pelari dan curare berarti tempat berpacu. Jadi, istilah
kurikulum berasal dari dunia olah raga pada zaman romawi kuni di Yunani. Yang mengandung pengertian suatu jarak
yang harus ditempuh oleh pelari dari garis start sampai garis finish.[6]
Sedangkan dalam bahasa arab biasa diungkapkan dengan manhaj yang berarti jalan
yang terang yang dilalui manusia pada berbagai bidang kehidupan.[7]
Dalam
pengertian selanjutnya kurikulum tidak hanya terbatas pada program pendidikan
namun juga dapat diartikan menurut fungsinya :
1) Kurikulum sebagai program studi
2) Kurikulum sebagai konten
3) Kurikuluem sebagai kegiatan berencana
4) Kurikulum sebagai hasil belajar
5) Kurikulum sebagai reproduksi kultural
6) Kurikulum sebagai pengalaman belajar
7) Kurikulum sebagai peoduksi
Mengingat
bahwa fungsi kurikulum dalam proses pendidikan adalah sebagai alat untuk
mencapai tujuan pendidikan, maka hal ini berarti bahwa sebagai alat pendidikan,
kurikulum memiliki bagian-bagian penting dan penunjang yang dapat mendukung
operasinya dengan baik. Bagian-bagian ini disebut komponen yang saling
berkaitan berinteraksi dalam upaya mencapai tujuan.
Menurut Hasan langgulung[8] ada4 komponen utama
kurikulum yaitu :
1) Tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh
pendidikan itu
2) Pengetahuan (knowledge)
informasi-informasi, data-data, aktifitas-aktifitas dan pengalaman-pengalaman
dari mana terbentuk kurikulum
3) Metode dan cara-cara mengajar yang
dipakai oleh guru-guru untuk mengajar dan memotivasi murid untuk membawa mereka
ke arah yang dikehendaki oleh kurikulum.
4) Metode dan cara penilaian yang
dipergunakan dalam mengukur dan menilai kurikulum dan hasil proses pendidikan
yang direncanakan kurikulum tersebut.
Kurikulum
yang baik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan islam adalah yang bersifat integrated
dan komprehensif serta menjadikan al Qur’an dan hadits sebagai
sumber utama dalam penyusunannya. Al Qur’an dan hadits merupakan sumber utama
pendidikan islam berisi kerangka dasar yang dapat dijadikan sebagai acuan
operasional penyusunan dan pengembangan kurikulum pendidikan Islam.
BAB III
PENUTUP
Sebagai penutup dalam
penulisan makalah ini, penulis menyimpulkan segala apa yang penulis bahas di
atas agar dapat dengan mudah memberikan gambaran tentang isi makalah ini secara
keseluruhan.
1. Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah
sebagai berikut :
a. Pengertian pendidikan Islam adalah
pendidikan yang berdasarkan Islam
b. Tujuan pendidikan Islam adalah sebagai
berikut :
§ Sebagai Hamba Allah
§ Manusia yang baik
§ Manusia yang berakhlak mulia
§ Manusia sempurna
c. Ruang lingkup pendidikan islam adalah :
§ Perbuatan mendidik
§ Pendidik (guru)
§ Dasar dan tujuan pendidikan islam
§ Anak didik (murid)
§ Materi pendidikan Islam
§ Metode pendidikan islam
§ Evaluasi pendidikan
§ Alat-alat pendidikan Islam
d. Konsepsi pendidik (guru) adalah tenaga
kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, kosnelor dll
e. Konsepsi anak didik (murid) adalah salah
satu komponen dalam sistem pendidikan Islam
f. Konsepsi kurikulum adalah : kurikulum
merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam suatu sistem
pendidikan
2. Saran-saran
Saran yang ingin penulis
sampaikan melalui penulisan makalah ini tidak lain agar bermanfaat bagi kaum
msulimin pada umumnya dan bagi penulis pribadi khususnya. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Tafsir. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif
Islam, PT. Remaja Rosda Karya : Bandung, 2001
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, CV.
Pustaka Setia, Bandung, 1998
Muhammad Fadhil al-Samati, Tarbiyah al-Insan
al-Jadid, Al Tunisiyah: Al Syarikah, tt
Undnag-Undang Sisdiknas 2003, UU RI No. 20 tahun
2003, Jakarta : Sinar Grafika 2003
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan, Suatu
Analisa Psikologi dan Pendidikan, Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1989
Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta :
Kalam Mulia, 2008
http://aanchoto.com/ilmu-pendidikan-islam.html/
Diakses Pada Tanggal 4 April 2013
[1]
http://aanchoto.com/ilmu-pendidikan-islam.html/
Diakses Pada Tanggal 4 April 2013
[2] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam
dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1991), hal. 50
[3] Muhammad Fadhil al-Jamali, Farbiah al
Insan al-Jadid, (Al Tunisiyah: Al-Syarikhah, tt), h. 74
[4] Undang-Undang Sisdiknas 2003 UU RI No. 20
Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 Poin 5 dan 6
[5] Syamsul Nizar, makalah yang Tidak
diterbitkan, PPS IAIN Imam Bonjol Padang, 1997
[6]
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi Pendidikan (Jakarta:
Pustaka Al-Husna, 1986), hal 176
[7]
ibid
[8] Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan
Islam, (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1988), h. 303
No comments:
Post a Comment