Sunday 6 October 2013

METODE SOSIODRAMA DAN TEKNIK PENGGUNAANNYA


BAB I
PENDAHULUAN


Dalam kenyataan sehari – hari sering kita jumpai sejumlah guru yang menggunakan metode tertentu yang kurang atau tidak cocok dengan isi dan tujuan pengajaran. Akibatnya, hasilnya tidak memadai, bahkan mungkin merugikan semua pihak terutama pihak siswa dan keluarganya, walaupun kebanyakan mereka tidak menyadari hal itu. Agar proses belajar mengajar berjalan dengan lancar dan dapat mencapai tujuan pembelajaran, guru sebaiknya menentukan pendekatan dan metode yang akan digunakan sebelum melakukan proses belajar mengajar. Pemilihan suatu pendekatan dan metode tentu harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan sifat materi yang akan menjadi objek pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan banyak metode akan menunjang pencapaian tujuan pembelajaran yang lebih bermakna.
Dalam dunia pendidikan, kita banyak mengenal berbagai macam ragam metode pengajaran,salah satunya metode sosiodarma dan bermain peran.Memang untuk mrncapai tujuan pendidikan dengan baik guru dituntut agar menguasai metode-metode pengajaran,sehingga selain tercapainya tujuan,siswa dapat menerima,mencerna,paham dan mengerti pelajaran yang di ajarkan.
Setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing,namun yang penting untuk diperhatikan oleh seorang guru,adalah ketepatan dalam memilih,menentukan mana diantara metode-metode itu yang lebih tepat dan cocok diterapkan dalam situasi pengajaran,serta kemampuan mengkombinasikan metode-metode yang telah di tetapkan itu secara harmonis dan serasi. Dengan kata lain untuk menyaajikan pengajaran yang lebih menarik perhatian/minat bagi anak didik,antara satu mata pelajaran dengan yang lainnya amatlah diperlukan dengan metode yang berbeda,bahkan diantara bahan-bahan materi tertentupun memerlukan metode yang berlainan,meskipun masih di dalam satu bedang studi tertentu.
BAB II
PEMBAHASAN
METODE SOSIODRAMA DAN TEKNIK PENGGUNAANNYA


A.    PENGERTIAN METODE SOSIODRAMA
Secara etimologi metode dalam Bahasa Arab, dikenal dengan istilah thariqah yang berarti langkah-langkah strategis yang dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan.[1] Sedangkan secara terminology metode adalah seperangkat cara, jalan dan teknik yang digunakan oleh pendidik dalam proses pembelajaran agar peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran atau menguasai kompetensi tertentu yang dirumuskan dalam silabus mata pelajaran.[2]
Sosiodrama terdiri dari dua suku kata “Sosio” yang artinya masyarakat, dan “drama” yang artinya keadaan seseorang atau peristiwa yang dialami orang, sifat dan  tingkah lakunya, hubungan seseorang, hubungan seseorang dengan orang lain dan sebagainya.Metode sodiodrama adalah suatu metode mengajar dimana guru memberikan kesempatan kepada murid untuk melakukan kegiatan memainkan peran tertentu seperti terdapat dalam kehidupan masyarakat (sosial).
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa sosiodrama adalah bentuk metode mengajar dengan mendramakan atau memerankan tingkah laku di dalam hubungan sosial. Prinsip dasar metode ini terdapat dalam Al-Qur’an, tepatnya pada surat Al-Maidah ayat 27-31, yang menceritakan drama yang sangat mengesankan antara Qabil dan Habil. Yang bunyinya :
* ã@ø?$#ur öNÍköŽn=tã r't6tR óÓo_ö/$# tPyŠ#uä Èd,ysø9$$Î/ øŒÎ) $t/§s% $ZR$t/öè% Ÿ@Îm6à)çFsù ô`ÏB $yJÏdÏtnr& öNs9ur ö@¬6s)tFムz`ÏB ̍yzFy$# tA$s% y7¨Yn=çFø%V{ ( tA$s% $yJ¯RÎ) ã@¬7s)tGtƒ ª!$# z`ÏB tûüÉ)­FßJø9$# ÇËÐÈ   .ûÈõs9 |MÜ|¡o0 ¥n<Î) x8ytƒ ÓÍ_n=çFø)tGÏ9 !$tB O$tRr& 7ÝÅ$t6Î/ yÏtƒ y7øs9Î) y7n=çFø%L{ ( þÎoTÎ) Ú%s{r& ©!$# ¡>u tûüÏJn=»yèø9$# ÇËÑÈ   þÎoTÎ) ߃Íé& br& r&þqç6s? ÏJøOÎ*Î/ y7ÏÿùSÎ)ur tbqä3tFsù ô`ÏB É=»ysô¹r& Í$¨Y9$# 4 y7Ï9ºsŒur (#ätÂty_ tûüÏHÍ>»©à9$# ÇËÒÈ   ôMtã§qsÜsù ¼çms9 ¼çmÝ¡øÿtR Ÿ@÷Fs% ÏmŠÅzr& ¼ã&s#tGs)sù yxt6ô¹r'sù z`ÏB šúïÎŽÅ£»sƒø:$# ÇÌÉÈ   y]yèt7sù ª!$# $\/#{äî ß]ysö7tƒ Îû ÇÚöF{$# ¼çmtƒÎŽãÏ9 y#øx. ͺuqムnouäöqy ÏmÅzr& 4 tA$s% #ÓtLn=÷ƒuq»tƒ ßN÷yftãr& ÷br& tbqä.r& Ÿ@÷WÏB #x»yd É>#{äóø9$# yͺuré'sù nouäöqy ÓŁr& ( yxt7ô¹r'sù z`ÏB tûüÏBÏ»¨Y9$# ÇÌÊÈ  
“Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa". "Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam. Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, Maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian Itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim."Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, Maka jadilah ia seorang diantara orang-orang yang merugi.kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya. berkata Qabil: "Aduhai celaka Aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" karena itu jadilah Dia seorang diantara orang-orang yang menyesal.

Pada ayat tersebut memberikan gambaran yang jelas, bagaimana lakon yang dikerjakan oleh Qabil dapat memberikan kesan yang sangat mendalam sehingga menyesali perbuatannya, karena melihat secara langsung perbuatan dirinya sendiri dari seekor burung gagak.[3]
Fungsinya sebagai berikut:
a.                Pelajaran yang dimaksudkan untuk menerangkan peristiwa yang dialami dan menyangkut orang banyak berdasarkan pertimbangan didaktis.
b.               Pelajaran tersebut dimaksudkan untuk melatih siswa agar menyelesaikan masalah-masalah yang bersifat psikologis.
c.                Untuk melatih siswa agar dapat bergaul dan memberi kemungkinan bagi pemahaman terhadap orang lain beserta permasalahannya.

B.     PERSYARATAN MENGGUNAKAN METODE SOSIODRAMA
Secara umum metode pembelajaran  bermain peran/sosiodrama (Role Playing) dapat digunakan apabila :
1)    Pelajaran dimaksudkan untuk melatih dan menanamkan pengertian dan perasaan seseorang
2)    Pelajaran dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa kesetiakawanan sosial dan rasa tanggung jawab dalam memikul amanah yang telah dipercayakan.
3)    Jika mengharapkan partisipasi kolektif dalam mengambil suatu keputusan.
4)    Apabila dimaksudkan untuk mendapatkan ketrampilan tertentu sehingga diharapkan siswa mendapatkan bekal pengalaman yang berharga, setelah mereka terjun dalam masyarakat kelak
5)    Dapat menghilangkan malu, dimana bagi siswa yang tadinya mempunyai sifat malu dan takut dalam berhadapan dengan sesamanya dan masyarakat dapat berangsur-angsur hilang, menjadi terbiasa dan terbuka untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
6)    Untuk mengembangkan bakat dan potensi yang dimiliki oleh siswa sehingga amat berguna bagi kehidupan dan masa depannya kelak, terutama yang berbakat bermain drama, lakon film dan sebagainya.
7)     Untuk meningkatkan kemampuan penalaran peserta didik secara lebih kritis dan detail dalam pemecahan masalah.
8)    Untuk meningkatkan pemahaman konsep dari materi yang diajarkan.[4]
Metode sosiodrama dapat digunakan apabila:[5]
1)      keterangan secara lisan tidak dapat menerangkan pengertian yang   dimaksud;
2)      memberikan gambaran mengenai bagaimana orang bertingkah laku dalam situasi sosial tertentu;
3)      memberikan kesempatan untuk menilai atau pandangan mengenai suatu tingkah laku sosial menurut pandangan masing-masing;
4)      belajar menghayati sendiri keadaan;
5)      memberikan kesempatan untuk belajar mengemukakan penghayatan sendiri mengenai suatu situasi sosial tertentu dengan mendramatisasikannya di depan penonton dan bukan memberikan keteranmgan secara lisan;
6)      memberikan gambaran mengenai bagaimana seharusnya seseorang bertindak dalam situasi sosial tertentu.






C.    PLUS MINUS PENGGUNAAN METODE SOSIODRAMA
Ada beberapa pendapat tentang kelebihan dan kekurangan metode sosiodrama diantaranya:
1.      Kelebihan
Beberapa kebaikan dari metode sosiodrama antara lain:
1.      Melatih anak untuk mendramatisasikan sesuatu serta melatih keberanian;
2.      Metode ini akan menarik perhatian anak sehingga suasana kelas menjadi hidup;
3.      Anak-anak dapat menghayati suatu peristiwa sehingga mudah mengambil kesimpulan berdasarkan penghayatan sendiri;
4.      Anak dilatih untuk menyusun pikirannya dengan teratur. [6]

Ahmadi melanjutkan kelebihan-kelebihan sosiodrama tersebut yaitu
1)      Memperjelas situasi sosial yang dimaksud;
2)      Menambah pengalaman tentang situasi sosial tertentu;
3)      Mendapat pandangan mengenai suatu tindakan dalam sustu situasi sosial dari berbagai sudut.[7]

2.      Kekurangan
Disamping terdapat kebaikan-kebaikan, metode sosiodrama juga memiliki kelemahan-kelemahan diantaranya:
1.      Metode ini memerlukan waktu cukup banyak;
2.      Memerlukan persiapan yang teliti dan matang;
3.      Kadang-kadang anak-anak tidak mau mendramatisasikan suatu adegan karena malu;
4.      Kita tidak dapat mengambil kesimpulan apa-apa apabiala pelaksanaan dramatisasi itu gagal, Ahmadi.[8]
Beberapa kekurangan metode sosiodrama ini yaitu
1.      situasi sosial yang didramatisasikan hanyalah tiruan;
2.      situasi ini dalam kelas berbeda dengan situasi yang sebenarnya dimasyarakat.[9]

D.    TEKNIS PENGGUNAAN METODE SOSIODRAMA
Metode sosiodrama secara teoritis telah banyak dikenal oleh sebagian besar pendidik kita, namun secara praktisi masih banyak di antara mereka yang belum memahaminya. Terdapat beberapa petunjuk untuk dapat menerapkan metode ini, ada yang mengungkapkan secara sederhana dan ada juga yang menjelaskan secara terperinci petunjuk-petunjuk tersebut. Namun pada prinsipnya petunjuk-petunjuk itu adalah sama. Dan dalam penerapannya, dapat dikembangkan tersendiri oleh yang bersangkutan.
Adapun beberapa petunjuk atau langkah-langkah dalam menggunakan metode sosiodrama ini tersaji dalam beberapa tahap diantaranya sebagai berikut:
1.      Tahap Persiapan
Dalam tahap ini, Engkoswara mengatakan bahwa sebelum melakukan sosiodrama diperlukan penentuan pokok permasalahan yang akan didramatisasikan terlebih dahulu, menentukan para pemain, dan mempersiapkan para siswa sebagai pendengar yang menyaksikan jalannya cerita. Masalah yang akan didramatisasikan dipilih secara bertahap, dimulai dari persoalan yang sederhana dan dilanjutkan dengan pertemuan-pertemuan berikutnya yang agak sukar dan lebih bervariasi.[10] Dan juga perlu diingat, masalah-masalah yang akan ditetapkan harus menarik perhatian siswa[11] serta situasi masalah yang akan ditetapkan harus sesuai dengan tingkat usia siswa.



2.      Tahap pelaksanaan.
Setelah tahap-tahap dalam persiapan terselesaikan, siswa dipersilahkan untuk mendramatisasikan masalah-masalah yang diminta selama kurang lebih 4 sampai 5 menit berdasarkan pendapat dan inisiasi mereka sendiri.


3.      Tahap Tindak Lanjut
Seperti yang telah diungkapkan oleh sudjana dan hendrowiyono di atas bahwa apabila sosiodrama telah berakhir, maka diperlukan sebuah upaya tindak lanjut. Dan mereka mengatakan diskusi sebagai salah satu alternatifnya.
Engkoswara mengungkapkan bahwa sosiodrama merupakan sebuah metode mengajaw, jadi dalam praktiknya tidak hanya berakhir pada pelaksanaan dramatisasi semata, melainkan hendaknya dapat dilanjutkan dengan tanya jawab, diskusi, kritik, atau analisis persoalan. Dan bila dipandang perlu, siswa lainnya diperbolehkan mengulang kembali peranan tersebut dengan lebih baik lagi.[12]
Sebagai salah satu upaya tindak lanjut siswa dapat melakukan aktifitas menilai atau memberi tanggapan terhadap pelaksanaan sosiodrama dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat kesimpulan hasil sosiodrama.[13]

E.     DESIGN PENGGUNAAN METODE TANYA JAWAB
Untuk menghindari penyimpangan dari pokok persoalan, penggunaan metode tanya jawab harus memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut :
a.       Merumuskan tujuan tanya jawab sejelas-jelasnya dalam bentuk tujuan khusus dan berpusat pada tingkah laku peserta didik. 
b.       Mencari alasan pemilihan metode tanya jawab.
c.       Menetapkan kemungkinan pertanyaan yang akan dikemukakan.
d.      Menetapkan kemungkinan jawaban untuk menjaga agar tidak menyimpang dari pokok persoalan.
e.       Menyediakan kesempatan bertanya bagi peserta didik.
Berdasarkan langkah-langkah yang  dikemukakan di atas, maka tindakan guru dalam menggunakan metode tanya jawab harus dipersiapkan secermat mungkin dalam bentuk rencana pengajaran yang detail dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.       Menyebutkan alasan penggunaan metode tanya jawab.
2.       Mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran khusus.
3.       Menyimpulkan jawaban peserta didik sesuai dengan tujuan pembelajaran khusus.
4.       Memberi kesempatan kepada peserta didik  untuk bertanya pada hal-hal yang belum dipahami.
5.       Memberi pertanyaan atau kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya pada hal-hal yang sifatnya pengembangan atau pengayaan.
6.       Memberi kesempatan pada peserta didik  untuk menjawab pertanyaan yang relevan dan sifatnya pengembangan atau pengayaan.
7.       Menyimpulkan materi jawaban yang relevan dengan tujuan pembelajaran khusus.
8.       Memberi tugas kepada peserta didik untuk membaca materi berikutnya di rumah dan menulis pertanyaan yang akan diajukan pada pertemuan berikutnya.
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Memberikan Tanya Jawab Menurut Usman dan Setiawati, seorang guru dalam memberikan tanya jawab harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 
a.       Ciri pertanyaan yang baik antara lain :
1)      Merangsang siswa untuk berpikir
2)      Jelas dan tindak menimbulkan banyak penafsiran
3)      Singkat dan mudah dipahami siswa
4)      Disesuaikan dengan kemampuan siswa

b.      Teknik mengajukan pertanyaan antara lain :
1)      Pertanyaan ditujukan pada seluruh siswa
2)      Memberi waktu yang cukup kepada siswa untuk berpikir
3)      Usahakan setiap siswa diberikan giliran menjawab
4)      Dilakukan dalam suasana rileks, tidak tegang

c.       Sikap guru terhadap jawaban siswa antara lain :
1)      Tafsirkan jawaban siswa ke arah yang baik
2)      Hargai secara wajar sekalipun jawaban siswa kurang tepat.
3)      Pada saat tertentu berikan kesempatan kepada siswa lain untuk menilai jawaban yang diberikan temannya.

d.      Sikap guru terhadap pertanyaan siswa antara lain :
1)      Memberikan keberanian kepada siswa untuk bertanya.
2)      Pertanyaan siswa perlu disusun secara keseluruhan .
3)      Pertanyaan harus sesuai dengan tata tertib.[14]











BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Dari uraian Bab II dapat penulis simpulkan bahwa :
·         Metode sosiodrama adalah bentuk metode mengajar dengan mendramakan atau memerankan tingkah laku di dalam hubungan sosial.
·         Beberapa kebaikan dari metode sosiodrama antara lain: Melatih anak untuk mendramatisasikan sesuatu serta melatih keberanian; Metode ini akan menarik perhatian anak sehingga suasana kelas menjadi hidup; Anak-anak dapat menghayati suatu peristiwa sehingga mudah mengambil kesimpulan berdasarkan penghayatan sendiri; Anak dilatih untuk menyusun pikirannya dengan teratur.
·         Disamping terdapat kebaikan-kebaikan, metode sosiodrama juga memiliki kelemahan-kelemahan diantaranya:Metode ini memerlukan waktu cukup banyak; Memerlukan persiapan yang teliti dan matang; Kadang-kadang anak-anak tidak mau mendramatisasikan suatu adegan karena malu.








DAFTAR PUSTAKA

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 2002),
Arief Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: ciputat Press, 2002)
Ahmadi Abu, Stategi Belajar Mengajar. (Bandung: Pustaka Setia, 2005)

Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2002)
Usman Basyiruddin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam,(Jakarta: Ciputat pers, 2003)





                                                                




[1] Prof. Dr. H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 2002),h.184
[2] Ibid.,h,185
[3] Dr. Armai Arief, M. A., Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: ciputat Press, 2002), h. 179-180.
[5] Abu Ahmadi, Stategi Belajar Mengajar. (Bandung: Pustaka Setia, 2005).h.82
[6] Ibid.h.65
[7] Ibid.h.82
[8] Ibid.h.65
[9] Ibid.h.82
[10], Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam,(Jakarta: Ciputat pers, 2003)..h.52
[11] Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2002).h.85
[12] Op.cit.,h.53
[13] Op.cit.,h.95

No comments:

Post a Comment