Thursday 10 October 2013

Nuzul Qur'an


BAB I
PENDAHULUAN


                  Al-Qur’an adalah merupakan salah satu kitab Allah SWT  yang empat yang terakhir diturunkan, dan diturunkan kepada Nabi Muhammad SWT sebagai pedoman untuk seluruh manusia. Al-Qur’an berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia, dan untuk sebagai pegangan bagi seluruh manusia, selama manusia berpegang kepada Al-Qur’an mereka akan selamat mengarungi bahtera kehidupan diatas dunia ini dan bahkan akan menemui Allah dalam keadaan sejah tera, dengan artian mereka akan selamat dunia dan akhirat.
            Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui proses yang cukup lama, yaitu sekitar 23 tahun dan turunnya secara berangsur-angsur, sesui dengan keadaan umat pada waktu itu. Peristiwa bagimana turunnya Al-Qur’an,apa hikmah turunnya secara berangansur-angsur, serta apa hikmah dari pengulangan ayat dalam Al-Qur’an yang akan penulis tuangkan kedalam sebuah makalah yang berjudul NUZUL-QUR’AN. Untuk itu mudah-mudahan makalah ini bermanfaat untuk kita bersama dan untuk penulis sendiri, dan penulis dengan rendah hati menerima kritik dan saran yang bersifat untuk memberikan kemajuan untuk penulis makalah ini.












BAB II
PEMBAHASAN
SEJARAH TURUNNYA AL-QUR’AN

  1. Pengertian Nuzul Al-Qur’an
                  Untuk menjelaskan penurunan Al-Qur’an, biasanya diistilahkan dengan nuzul qur’an merupakan dua kata yang tidak bisa dipisahkan. Nuzul berasal dari kata Nazala yang artinya turun atau tergelincir.[1] Nuzul bentuk masdar dari nazala-yanzilu yang artinya bertempat atau berdiam disuatu tempat. Juga dapat diartikan berpindah dari atas kebawah.[2]
Secara literal, kata nuzul berarti” tiba ditempat dari ketinggian”, dan kata ketinggian itu menunjuk kepada tempat.[3] Bila dikaitkan dengan proses penurunan Qur’an, pemaknaan secara harfiah ini dinilai kurang tepat, sebab akan membawa satu kesan bahwa Allah terikat dari satu arah dan tempat tertentu. Oleh karena itu para ulama seperti al-Zarqani mentakwilkan kata nuzul ini dengan I’lham (pemberitahuan). Para peneliti berselisih pendapat masalah asal kata Al-qur’an, setelah itu para peneliti menemukan titik temunya (bersepakat) tentang asal dari kata Al-Qur’an adalah bentuk masdar yang berasal dari akar kata Qara’a yang berarti bacaan, kemudian dimaknakan sebagai isim maful.[4] Jadi secara etimologisnya al-qur’an adalah kalam Allah yang mu’jiz, yang diturunkan kepada Nabi SAW, yang ditulis dalam mushaf, yang diriwayatkan darinya secara mutawatir dan dinilai sebagai ibadah dalam membacanya.[5]
Bertitik tolak dari pengertian nuzul dan qur’an diatas maka dapat diambil pengertian secara etimologis bahwa nuzul qur’an adalah turunnya ayat-ayat Al-Qur’an dari pada Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW secara berangsur-angsur (tadarruj) dalam masa lebih kurang 23 tahun, dengan tujuan al-Qur,an diturunkan untuk memperbaiki aqidah manusia yang melampaui batas kemanusian, ibadah manusia, akhlak dan pergaulan manusia yang sudah menyimpang jauh dari kebenaran. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa terjadinya penyimpangan dan kerusakan dalam tata kehidupan manusia menjadi sebab turunnya ayat-ayat Al-Quran’.
Diantara ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan turunya Al-Qur’an adalah sebagai berikut:
1. Seperti firman Allah yang terdapat dalam surat Fushilat yaitu:

          تَنزِيلٌ مِّنَ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

  Artinya: Diturunkan dari Tuhan yang maha pemurah lagi maha penyayang (Q.S.Fushilat: 2).

2. Dan seperti firman Allah SWT yang terdapat dalam surat Al-Israq ayat 106 yaitu:

                        وَقُرْآناً فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَى مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنزِيلاً

Artinya: Dan Al-Qur’an itu telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusaia dan kami menurungkannya bagian demi bagian (Q.S. Al-Israq: 106).

3.  Dan seperti firnan Allah SWT dalam surat Thaha ayat 2 yaitu:

                مَا أَنزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لِتَشْقَى

Artinya: kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu supaya kamu menjadi susah (Q,S. Thaha:n: 2)

            Dari beberapa ayat diatas maka dapat penulis simpulkan bahwa ayat diatas menggunakan kata-kata nazzala, anzala dan tanzila menunjuk kan bahwa Al-Qur’an itu diturunkan oleh Allah SWT bukan kehendak siapa-siapa melainkan kehendak Allah SWT itu sendiri. Dan dari ayat diatas dapat pula penulis pahami bahwa Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur dan mempunyai ayat-ayat yang banyak bisa dipahami tanpa penafsiran dan ada butuh penafsiran.

  1. Tahapan Dan Cara Penurunan Al-Qur’an
                              Sebagaimana diketahui bahwa Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril, dengan berbahasa arab, yang telah dibukukan dan merupakan satu ibadah untuk membacanya. Dalam hal ini, mula-mula karena sifat kasih sayangnya Alalh memformolasikan kalam nafsi-Nya menjadi kalam lafzi, dan menempatkanya di lauh mahfuzh (Q.S al-Buruj: 22). Setelah itu Allah SWT, mewahyukan kepada Jibril dan sampailaah Al-qur,an itu di bait Al-‘izzah (langit dunia). Penurunan Al-Qur’an di bait al-‘izzah ini terjadi sekaligus, yaitu pada malam qadar (lailah al-qadr). Kemudian, barulah Jibril menurunkannya kepada Nabi Muhammad SAW didunia. Secara berangsur-angsur dalam masa 23 tahun: 13 tahun periode Makah, dan 10 tahun periode Madinah[6]
                              Dari keterangan diatas maka dapat penulis ambil kesimpulan bahwa Al-Qur’an itu diturunkan melalui tiga tahap yang pertama adalah dengan kasih sayang Alalh SWT maka ia mempormelasikan kalan nafsi menjadi kalam lafzi yang tertulis didalam Lauh Mahfuz. Yang kedua malaikat Jibril membawa turun Al-Qur’an kelangit pertama dengan sekaligus. Setelah itu baru disampaikan kepada Nabi Muhammad secara berangsur-angsur, sesuai dengan kondisi umat pada waktu itu.
                              Adapun menurut  Manan Khalil al-Katan dalam bukunya ‘Ulumul Qur’an bahwa tahapan turunnya Al-Qur’an dapat dirincikan sebagai berikut:
  1. Al-Qur’an diturunkan oleh Allah SWT secara sekaligus ke lauh Mahfuzh seperti yang diterangkan oleh Allah dalam firmannya surat Al-Buruj ayat 21-22 yaitu:

                                                                              . فِي لَوْحٍ مَّحْفُوظٍ . بَلْ هُوَ قُرْآنٌ مَّجِيدٌ

   Artinya: Bahkan yang didustakan mereka itu adalah Al-Qur’an yang mulia, Yang tesimpan dalam Lauh Mahfuzh (Q.S. Al-Buruj: 21-22).
           

            Mengenai kapan waktunya Allah SWT menurunkan Al-Qur’an yang mulia Ke Lauh Mahfuzh bagaimana ujud dan caranya. Kita kembali saja maksudnya kepada Allah yang maha mengetahui segala urusan yang akan dilaksanakanya, tetapi kita dituntut untuk meyakini memang hal itu terjadi. Karema Allah telah jelas-jelas memberikan penjelasan lewat Al-Qur’an diatas, yang menjadi satu kitab pegangan untuk orang mukmin dalam menempuh bahtera kehidupan diatas dunia yang pana ini.
2.  Al-Qur’an diturunkan dari Lawh Mahfuzh ke Bait al-Izzah di langit dunia, yang menjadi alasannya diturunkan sekaligus adalah. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 185 yaitu:

                                                             إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُّبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ
                     
                                                                        إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ

                                           شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيَ أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ   

            Ketiga ayat diatas menyatakan bahwa Al-Qur’an diturunkan pada suatu malam yang dinyatakan dengan malam mubarakah serta dinamai dengan lailatul qadar yaitu suatu malam pada bulan Ramadhan. Jadi ketiga ayat diatas tidaklah saling bertentangan antara satu dengan yang lainnya, akan tetapi sebaliknya ketiga ayat tersebut saling berkaitan satu samalainnya. hanya saja yang saling bertentangan antara zahir ayat dengan kejadian yang dialami oleh Rasulallah SAW sendiri, dimana Al-Qur’an turun kepadanya selama dua puluh tiga tahun.
            Terhadap permasalahan ini terjadi perbedaan pendapat  para ‘Ulama yaitu:
a.       Pendapat yang dikemukakan oleh Ibnu Abas dan Jamhur ‘Ulama. [7]yang dimaksud dengan turunnya al-Qur’an dalam ketiga ayat diatas turunya al-Qur’an sekaligus ke Bait al-‘Izah dilangit dunia pada malam qadr agar para Malaikat menghormati kebesarannya, setelah itu Al-Qur’an diturunkan kepada Rasulallah SAW secara tanjim  ( berangsur-ansur) selam lebih kurang 23 tahun sesuai denga peristiwa dan kejadian –kejadian sejak dia diutus sampai wafat..[8] Hal ini berdasarkan hadist Nabi SAW yang diriwayatkan oleh an-Nasa’I al-Hakim dan al-Baihaqi yaitu:


“ Al-Qur’an diturunkan secara keseluruhan kelangit dunia pada malam Qadr dan diturunkan (kepada Rasulallah SAW)  selam 20 tahun , kemudian Rasulullah SAW membaca surat Al-Furqan ayat 33 dan surat Al-Isra’ ayat 106”

b.      Yang dimaksud dengan turunnya Al-Qur’an dalam ketiga ayat diatas adalah permulaan turunya Al-Qur’an kepada Rasulalh SAW. Permulaan turunnya Al-Qur’an itu dimulai pada malam lailatul qadr dimalam Ramadhan yang merupakan malam yang diberkahi. Kemudian turunnya itu berlanjut sesudah itu secara bertahap-tahap sesuai dengan kejadian dan peristiwa-peristiwa selama kurang lebih 23 tahun. Yang menjadi dasarnya adalah surat al-Israq ayat 106 yaitu:
              
                            
 
         Artinya: “Dan Al-Qur’an itu telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunnya bagian demi bagian”.

 c. Yang dimaksud dengan tiga ayat diatas adalah bahwa Al-Qur’an diturunkan ke Bait al-Izzah setiap tahun pada malam qadr, yaitu lebih kurang 23 kali malam Qadr. Dimana setiap malam Qadr Allah menurunkan al-Qur’an berdasarkan keperluan untuk selama satu tahun setelah itu baru diturunkan kepada Rasulallah secara berangsur-ansur.
                        Dari ketiga permasalahan diatas, maka yang lebih kuat dan dapat diperca (kebenarannya) adalah pendapat yang pertama. Karena dengan berangsur-angsunya Al-Qur’an diturunkan dapat menguatkan dan menenteramkan hati kaum muslimin dan sebagai bukti bahwa Al-Qur’an tersebut berasal dari Allah SWT.          

3. Taurunnya Al-Qur’an dari Bait al- Izzah kepada Rasulalla SAW.
Proses turunnya Al-Qur’an dari Bait al Izzah kepada Rasulallah      adalah melalui perentaraan Malaikat Jibril secara tanjim (berangsur-angsur) setelah itu diturunkan dalam masa lebih kurang 23 tahun. Adapun yang menjadi dalil dalam hal ini, yaitu firman Allah dalam Surat Al- Syu’ara ayat 192 -195 yaitu:
                                     ... نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الْأَمِينُ  وَإِنَّهُ لَتَنزِيلُ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Artinya: Sesungguhnya Al-Qur’an itu benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam. Dia dibawa turun leh ruh al-Amin (jibril) (Q.S. Al-Syu’ara192-193)                
Tentang bagai mana malaikat Jibril memperoleh wahyu Al-Qur’an, hal ini merupakan pertanyaan menyangkut perkara gaib. Boleh jadi Jibril menerimanya dari Allah melalui penerimaan secara kerohanian atau menghapalnya dari Lauh Mahfuzh atau boleh jadi Jibril menerimanya dari Allah melalui pendengaran.
Di samping itu para ulama berbeda pendapat pula tentang apa yang diturunkan Jibril kepada Rasulallah SAW, mengenai wahyu tersebut. Terdapat tiga versi Ulama dalam hal ini, yaitu:
                        Pertama: yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW adalah lafaz bersama makna ayat-ayat itu. Jibril terlebih dahulu menghapal Al-Qur’an yang hendak diturunkan yang tercantung di Lauh Mahfuzh. Kemudian setelah hapal dan paham maksudnya, ia kemudian menurunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
                        Kedua: Jibril hanya menurunkan maknanya saja dan Nabi Muhammadlah yang kemudian mengungkapkan makna tersebutdengan bahasa arab. Alasannya  adalah firman Allah yang terdapat dalam surat Al-syu’ara ayat 193 yaitu:
                                                                                . نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الْأَمِينُ

Artinya: Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril) kedalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang diantarea orang-orang yang memberi peringatan (Q.S. Al- Syu’ara:193)
Ketiga: Jibril mendapatkan maknanya dari Lauh Mahfuzh kemudian dengan     bahasa arab dia salin makna itu kepada Nabi SAW.[9]
Sebenarnya, malaikat Jibril telah menyampaikan firman-firman Allah atau Al Qur’an kepada Nabi Muhammad dengan beberapa cara. Berikut ini adalah beberapa cara turunnya AlQur’an kepada Nabi Muhammad saw.
• Malaikat Jibril memasukkan wahyu itu ke dalam hati Nabi Muhammad saw. tanpa memperlihatkan wujud aslinya. Rasulullah tiba-tiba saja merasakan wahyu itu telah berada di dalam hatinya.
• Suatu ketika, malaikat Jibril juga pernah menampakkan dirinya sebagai seorang laki-laki dan mengucapkan kata-kata di hadapan Nabi saw. Itulah salah satu metode lain yang digun akan malaikat Jibril untuk menyampaikan Al Qur’ an kepada Nabi Muhammad saw.
• Yang selanjutnya, wahyu juga turun kepada Nabi Muhammad saw. seperti bunyi gemerincing lonceng. Menurut Rasulullah, cara inilah yang paling berat dirasakan, sampai-sampai beliau mencucurkan keringat meskipun wahyu itu turun di musim yang sangat dingin.
• Cara yang lain adalah malaikat Jibril turun membawa wahyu kepada Nabi Muhammad saw. dengan menampakkan wujudnya yang asli.

Rasulullah saw. senantiasa menghafalkan setiap wahyu yang diterimanya. Beliau mampu mengulangi wahyu tersebut dengan tepat, sesuai dengan apa yang telah disampai kan oleh malaikat Jibril. Dalam hal ini, malaikat Jibril juga berperan untuk mengontrol hafalan Al Qur’an Rasulullah saw. Al Qur’an diturunkan dalam dua periode. Periode pertama dinamakan Periode Mekah. Turunnya Al Qur’an pada periode pertama ini terjadi ketika Nabi saw. bermukim di Mekah (610 – 622 M) sampai Nabi Muhammad saw. melakukan hijrah. Ayat-ayat yang diturunkan pada masa itu, kemudian disebut dengan ayat-ayat Makiyah, yang berjumlah 4.726 ayat dan terdiri atas 89 surat. Periode yang kedua adalah Periode Madinah. Sebuah periode yang terjadi pada masa setelah Nabi Muhammad saw. hijrah ke Madinah (622 – 632 M). Ayat-ayat yang turun dalam periode ini kemudian dinamakan ayat-ayat Madaniyah, meliputi 1.510 ayat dan mencakup 25 surat.
  1. Ayat Pertama dan Terakhir Diturunkan
      1. Ayat yang pertama diturunkan
                  Dalam hal menentukan ayat yang mana terlebih dahulu diturunkan  kepada Rasulallah SAW, Terjadi perbedaan pendapat para ulama yaitu:
a.       Pendapat yang didasarkan pada hadist yang diriwayatkan al-Bukhari dan ‘Aisah  bahwa surat yang pertama kali turun kepada Rasulallah adah surat Iqra’ bismi rabbika.[10]
               Arti hadist-Nya adalah Awal pertama wahyu diturunkan kepada Rasulallah SAW merupakan mimpi yang benar waktu tidur. Di dalam mimpi itu beliau tidak melihat apapun melaikan datang kepada beliau seperti cahaya subuh. Kemudian timbullah keinginan beliau berkhalwat (menyendiri). Maka beliau pergi ke Gua Hera’ dan melakukan ibadah disana beberapa hari lamanya dan untuk itu beliau membawa bekal. Kemudian beliau kembali kerumah Khadijah, maka khadijah membekali beliau seperti semula sampai datangnya kepadanya hak (kebenaran) ketika beliau sedang berada di Gua Hira’, maka datang Jibril (malaikat) berkata; “Bacalah”! Aku (Muhammad) menjawab: Aku tidak pandai membaca”. Malaikat itu kemudian menarik dan memeluk aku erat-erat sehingga aku kepayahan. Kemudian malaikat melepaskan aku kemudian berkata lagi “Bacalah”! Aku menjawab”Aku tidak pandai membaca”. Malaikat kembali memelukku ketiga kalinya sampai aku kepayahan dn kemudian melepaskan aku kembali. Kemudian Malaikat berkatra : :Iqraq bismirabbika” sampai pada ayat “Ma lam ya’ lam”. Kemudian Rasulallah kembali ke Rumah Khadijah, dengan gemetar karena peristiwa yang baru dialaminya itu.
 
b.      Pendapat yang didasarkan kepada hadist yang diriwayat oleh al-Bukhari Muslim dari Jabir bin ‘Abdillah yakni ketika Jabir ditanya oleh ‘Abdurrahman, bahwa ayat yang pertama turun adalah surat al-Muddassir.
Arti hadisnya adalah ayat apakah yang pertama kali turun. Jabir menjawab, “Ya ayyuhal muddassira’. Aku (‘Abdurrahman) berkata,”Bukankah Iqra’ bismirabbikal lazi Khalak?”. Jabir menjawab, “ Aku menceritakan kepadamu apa yang diberitakan oleh Rasulallah SAW kepada kami.
Akan tetapi menurut analisa penulis bahwa yang ditanyakan oleh ‘Abdurrahman kepad Jabir itu adalah surat apakah yang pertama kali turun sesudah kekosongan wahyu? Dan jatwabannya memang surat Al-muddassir, sebab sesudah turun surat Al-Alaq maka wahyu berhenti turunnya beberapa hari.

c.          Pendapat yang didasarkan kepada hadist riwayat Abu Iskhaq dari Abu Maisarah, bahwa surat yang pertama turun adalah surat Al-Fatihah.
Arti hadistnya adalah “Ketika Rasulullah mendengar suara dia segera pergi dan menceritakan bahwa Malaikat telah turun kepadanya dan berkata: Bacalah wahai Muhammad (surat Al-Fatihah)

Dari ketiga pendapat tentang ayat yang pertama kali turun kepada Rasulallah diatas maka penulis menyimpulkan bawa ayat dalam surat Al-Alaq 1-5 itulah permulaan ayat diturunkan. Sedangkan ayat dalam surat Al-Mudassir adalah permulaan surat yang diturunkan sesudah Nabi menerima wahyu pertama, ketika beliau diselimuti Khadijah karena sangat takut meliahat Jibril diatas sebuah bukit. Adapun ayat dalam surat Al-Fatihah merupakan ayat yang pertama kali turun dalam sekaligus. Jadi menurut penulis bahwa ayat yang pertama kali turun adalah surat Al-Alaq dan ini merupakan pendapat yang terkuat dikalangan ‘Ulama Hadist dan Tafsir. Namun perlu ditegaskan bahwa Al-Qur’an tidak menyebut-nyebutkan soal mana ayat pertama turun. Namun menurut penulis uraian diatas berdasarkan fakta historis semata. Jadi, sebenarnya tidak terlalu perlu diberikan suatu penegasan yang kuat tentang mana diantara pendapat-pendapat di atas yang dipandang benar, dan tidak pula berarti bahwa pendapat selainnya adalah salah.                       





  1. Ayat yang terakhir diturunkan                       
Terjadi perbedaan pendapat tentang ayat yang terakhir diturunkan kepada Rasulallah SAW yaitu:
a. Berdasarkan riwayat Bukhari dan Ibn Abas ayat yang terakhir turun adalah ayat tentang Riba:

                              لرِّبَا إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ وَذَرُواْ مَا بَقِيَ مِنَ
b. Berdasarkan riwayat Bukhari dan Muslim dari sahabat al-Barra’ bin ‘Azib yang mengatakan bahwa ayat yang terakhir turun adalah surat an-Nisa’ ayat 176 yaitu:[11]
                                                           .. ..  يَسْتَفْتُونَكَ قُلِ اللّهُ يُفْتِيكُمْ فِي الْكَلاَلَةِ
c. Menurut Ibnu Abbas ayat yang terakhir turun adalah surat Al-Baqarah ayat 281 yaitu:
                                                                                                                       ......وَاتَّقُواْ يَوْماً تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى اللّهِ
d.      Berdasarkan hadis riwayat Muslim dari Ibn Abbas yang mengatakan bahwa  ayat yang terakhir turun adalah surat an-Nasr yaitu:

                                               . إِذَا جَاء نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ
e.    Ayat yang terakhir diturunkan adalah surat al-Maidah ayat 3 yaitu                       
          Dari beberapa pendapat tentang ayat yang terakhir diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW diatas maka dapat penulis simpulkan bahwa tidak ada kesepakatan ulama dalam menetapkan mana yang terakhir turun, karena alasan yang disampaikan oleh para ulama tidak ada yang diriwayatkan oleh Rasulullah. Boleh jadi pendapat para ulama lebih banyak dipengaruhi oleh ijitihad mereka masing-masing. Namun tidak berarti bahwa pendapat mereka itu salah. Jadi yang menjadi patokan bagi kita bahwa menentukan mana yang awal dan mana yang akhir turunnya, bukanlah satu keharusan mengetahuinya secara yakin.

  1.  Hikmah Diturunkannya Al-Qur’an secara Tanjim (Berangsur-angsur).
                              Sebagaiman yang telah disebutkan diatas, bahwa Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW secara bertahap atau Berangsur-angsur. Adapun hikmah yang terkandung didalamnya antara lain:.[12]
1.Untuk meneguhkan hati Nabi Muhammad SAW dalam melakukan tugas sucinya sekalipun menghadapi hambatan dan tantangan yang beraneka ragam. Sebagaiman firman Allah dalam surat Al-Furqan ayat 32-33 yaitu  
Artinya: Berkatalah orang-orang yang kafir; “ Mengapa Al-Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?” demikianlah supaya kami perkuat hatimu dengannya…………..(Q.S. Al-Furqan. 32-33)

                        Dari ayat diatas dapat dipahami bahwa Al-Qur’an itu dapat diturunkan sekaligus, tetapi diturunkan secara berangsu-angsur agar dengan cara demikian hati Nabi Muhammad menjadi kuat dan tetap. Dan orang-orang kafir engkar, setiap kali mereka datang kepada Nabi Muhammad SAW membaw hal yang aneh berupa usul dan kecaman, Allah menolaknya dengan suatu hal yang aneh dan nyata.
2.  Supaya mudah dipahami dan dilaksanakan.
                  Nabi Muhammad SAW dan sebagian besar masyarakat waktu itu tidak bisa baca tulis (ummiy). Tetapi orang arab terkenal memiliki daya hafal yang kuat. Karena tidak mampu baca tulis itu, adalah sanggat sulit Al-Qur’an diturunkan sekaligus. Diturunkan Al-Qur’an secara berangsur-angsur akan memudahkan mereka untuk menghapalnya
3.  Menyesuaikan dengan kondisi dan kemampuan masyarakat menerimanya.
                  Yang ditanamkan terlebih dahulu adalah akidah tauhid bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, serta adanya hari akhirat. Akidah itu akan menanamkan akhlak yang mulia. Itulah yang diperlukan pada priode Makah. Bila mereka waktu itu sudah diwajibkan mengerjakan ibadah sejara ketat tentu mereka akan menolak menerima Islam.
4.  Untuk beransur-ansur menetapkan dan memantapkan hukum
                  Hal ini sudah jelas bagi orang yang mengikuti sejarah hukum Islam di Zaman Nabi SAW, dan disinilah letak ciri khas syari’at Islam. Sebab, bangsa yang hendak diubah Nabi pada waktu itu, bukanlah bangsa yang lemah lembut, suka menerima pembaharuan, melainkan adalah bangsa yang keras kepala, dan telah mewarisi sifat menyembah berhala secara turun temurun dan telah mendarah daging. Bangsa itulah yang secara berangsur-angsur  hendak disirami jiwanya denga sinar Ilahi.
5.  untuk memudahkan menghapal Al-Qur’an
                  Dengan cara Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur sesuai dengan pemahaman yang dipahadapi, bagi umat Isalam pada masa Nabi dahulu memudahkan  menghapalnya, khusus bagi sahabat yang mengikuti dari dekat turunya ayat demi ayat.
6.  Sebagai koreksi terhadap kesalahan kesalahan aatau mengikuti peristiwa-peristiwa pada waktu terjadinya.
                  Kerap kali umat Islam menghadapi persoalan kemasyarakatan maupun   menjelaskan baagaimana jalan keluarnya. Ada pula wahyu yang diturunkan untuk mengoreksi kesalahan yang diperbuat sahabat dengan maksut agar hal serupa tidak terulang lagi dan akan menjadi pedoman bagi umat sepanjang masa.
  1. Sebagai bukti bahwa wahyu yang diucapkan oleh Nabi Muhammad SAW adalah berasal dari Allah SWT
Al-Qur’an yang kita baca dari awal sampai akhir adalah rangkaian perkataan yang tak mungkin diciptakan oleh manusia, termasuk Nabi Muhammad sendiri; juga oleh Jibrail dan makhluk apapun. Sebab begitu halus susunan kalimatnya, begitu indahh gaya bahasanya dan lain-lain.









BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

                        Nuzul Al-Qur’an merupakan proses penurunan Al-Qur’an dari Allah SWT kebada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan Malaikat Jibril. Turunya Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW melalui beberapa tahap, yaitu: pertama turunya Al-Qur’an ke Lauh Mahfuz, kedua turunnya dari Lauh Mahfuz ke Bait Al-Izzah di langit dunia, ketiga turunya dari Bait Al-Izzah kepada Nabi Muhammad SAW secara berangsur-angsur yang menempuh masa selama 23 tahun sepuluh tahun di Makah tiga belas Tahun di Madinah.
                        Ulama berbeda pendapat mengenai ayat yang pertama kali rurun kepada Nabi Muhammad SAW. Di antara pendapat mereka ada yang mengatakan bahwa yang pertama turun adalah lima ayat dari surat al-Alaq ada yang mengatakan beberapa ayat dari surat al-Mudassir dan ada yang berpendapat tujuh ayat dari surat al-Fatihah.
                        Ulama juga berbeda pendapat tentang ayat yang terakhir turun kepada Nabi Muhammad SAW. Ada yang berpendapat yang  terakhir turun adalah ayat 176 dalam surat An-Nisa’ dan ada yang berpendapat ayat 272 dalam surat Al-Baqarah, ada yang berpendapat ayat 1 dalam surat An-Nasr dan ada yang berpendapat ayat 3 dalam surat Al-Maidah dan ada yang berpendapat ayat 281 dalam surat Al-Baqarah.
                        Ada juga beberapa ayat Al-Qur’an yang turun kepada Nabi Muhammad SAW berulang kali, bisa jadi tujuannya untuk menyatakan keagungan ayat trsebut dan hal yang terkandung padanya, atau bisa jadi sebagai peringatan dan pengajaran karena perintah yang dikandung ayat tersebut sangat penting, juga dikhawatirkan jika satu kali turun saja kemungkinan Nabi lupa mengigatkannya.






DAFTAR PUSTAKA


Al-Athar Daud, Perspektif Baru Ilmu Al-Qur’an, Bandung: Pustaka HIdayah 1994
AM Rusdi, ‘Ulumul Al-Qur’an, Padang: IAIN-IB- Press 1978
AL-Saleh, Subhi, Mabahist Fi Ulumu Al-Qur’an, Bairut: Dar Al-‘Ilmu, 1988
Khalil Al-Qathan Manna, Mabahits Ilmu Al-Qur’an, Riyadh: Mansurat Al-Atsr Al-Hadist 1982
Khalil, Manna, Mabahits Fil Ulu Al-Qur’an, Riyadh: Al-Maktabah Al-Ma’rif 1973
Muhammad, Burhanuddin bin Abdillah Al-Zarkasyi, Al-Burhan Fil ‘Ulum Al-Qur’an, Bairud: Dar Al-Fikr 1980
Depertemen Agama, RI. Mukaddimah Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta: KDT 2009
Al-Suyuti, Jalaluddin Al-Safi’I Al-Itqan Fil ‘Ulumul Qur’an, Bairut: Muassasah Al-Kutub 1996




[1]. Daud al- Athar, Perspektif Baru Ilmu Al-Qur’an, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1994), h. 111
[2] . Ibid. h. 111
[3]. Rusydi AM, Ulumul Al-Qur’an, (Padang: IAIN-IB- Press), 16-17
[4] . Subhi al- Shaleh, Mabahits Fi Ulu al-Qur’an, (Beirut: Dar al- ‘IIm, 1988), h. 19
[5] . Ibid. h. 19
[6] . Manna  Khalik al-Qathan, Mabahits ‘Ulumi al-Qur’an, (Riyadh: Mansurat al-Atsr al-hadits, t,t), h. 30
[7] . Mana’Khalil al-Qathan, Mabahits Fil ‘Ulum al-Qur’an (Riyadh: Al-Maktabah al- Ma’arif, 1973), h. 101
[8] . Ibid. h. 102
[9]. Burhanuddin Muhammad bin Abdullah al-Zarqasyi, Al-Burhan Fi ‘Ulum Al-Qur,an (Bairut: Dar al Fikr, 1980), jilid 1, h. 228
[10]. Depertemen Agama, RI, Mukadimah Al-Qur’an dan Tafsirnya, (Jakarta: KDT, 2009), h.211
[11]. Ibid. h. 140
[12]. Rusdi AM, Op. Cit. h. 18

No comments:

Post a Comment